Berlata Syaikh Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawiy rohimahullah:
وَحَلَّ مَعَ الْمَحْرَمِيَّةِ وَالْجِنْسِيَّةِ أَوْ الصَّغِيْرِ الَّذِيْ لاَ يَشْتَهِى نَظْرُ مَا عَدَا مَا بَيْنَ السُّرَّةِ وَالرُّكْبَةِ إِذَا كَانَ بِغَيْرِ شَهْوَةٍ إِلاَّ صَبِيٍّ أَوْ صَبِيَّةٍ دُوْنَ سِنِّ التَّمْيِيْزِ فَيَحِلُّ نَظْرُهُ مَا عَدَا فَرْجِ الْأُنْثَى لِغَيْرِ أُمِّهَا.
“Dan halal terhadap yang mahram, sejenis, atau anak kecil yang tidak bersyahwat untuk melihat selain antara pusar dan lutut jika pandangan itu tanpa syahwat. Kecuali anak laki-laki dan perempuan belum usia tamyiz, maka boleh melihatnya (seluruh bagian tubuhnya tanpa terkecuali) selain kemaluan wanita bagi selain ibunya.”
Halal bagi mahram, sesama jenis (kecuali wanita muslim terhadap wanita kafir, atau fasiq; maka kedudukan keduanya seperti laki-laki bukan mahram terhadap seorang muslimah), atau anak kecil yang belum bersyahwat untuk melihat seluruh tubuh selain antara pusar dan lutut, jika tanpa syahwat. Jika disertai dengan syahwat maka diharamkan. Dan boleh melihat apa yang ada diantara pusar dan lutut anak-anak kecil yang belum baligh. Dan ini tidak ada khilaf. Kecuali melihat kepada kemaluan anak wanita bagi selain ibunya, karena dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak syahwat. Wallahu a’lam
Allah ﷻ berfirman:
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ٣١
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. an-Nuur (24): 31)
(Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)
__________________________________
Footnote: