- Keyakinan bahwa banyak tertawa akan diikuti oleh kesialan atau keburukan.
Mereka berkeyakinan bahwa orang yang banyak tertawa akan diikuti oleh kesialan, atau kedongkolan. Lalu merekapun berkata,
اللهم اجْعَلْهُ خَيْرًا
“Ya Allah jadikanlah ia sebuah kebaikan.”
Akan tetapi yang layak bagi kita untuk mengetahuinya adalah bahwa banyak tertawa memang telah dilarang oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Imam Ibnu Majah telah mengeluarkan hadits dengan sanad shahih, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Abu Dzar radhiyallaahu ‘anhu,
لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
“Janganlah kalian memperbanyak tawa, dikarenakan banyak tawa akan mematikan hati.”([1]) (Shahiih al-Jaami’ (4735))
Dan disebutkan di dalam sanad Imam Ahmad,
وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَضْحَكُ إِلَّا تَبَسُّمًا
“Adalah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak tertawa melainkan tersenyum.”([2])
(Diambil dari buku 117 Dosa Wanita Dalam Masalah Aqidah Dan Keyakinan Sesat, terjemahan kitab Silsilatu Akhthaainnisaa`; Akhtaaul Mar-ah al-Muta’alliqah bil ‘Aqiidah Wal I’tiqaadaat al-Faasidah, karya Syaikh Nada Abu Ahmad)
______________________
Footnote:
([1]) HR. Ibnu Majah (4193, 4217), at-Tirmiedzi (2305), Shahiih al-Jaami’ (4580), as-Shahiihah (930), al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (9/469)-pent
([2]) HR. Ahmad (20917, 21004), Shahiih al-Jaami’ (4861)-pent