Kematian adalah sebuah kepastian, dan tidak ada tempat melarikan diri darinya, dan tidak ada tempat bersandar dari Allah kecuali kepada-Nya. Jadi, jika demikian, maka hendaknya setiap mukmin menyiapkan dirinya untuk kematian tersebut. Dan hendaknya dia tidak memanjangkan angan-angan di dunianya yang fana (akan hancur binasa).
Allah ﷻ berfirman,
كُلُّ نَفسٍ ذَآئِقَةُ ٱلمَوتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّونَ أُجُورَكُم يَومَ ٱلقِيَٰمَةِ فَمَن زُحزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدخِلَ ٱلجَنَّةَ فَقَد فَازَۗ وَمَا ٱلحَيَوٰةُ ٱلدُّنيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلغُرُورِ ١٨٥
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali ‘Imran: 185)
Nabi ﷺ telah bersabda,
«أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ» يَعْنِي الْمَوْتَ
“Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur segala kelezatan.” Yaitu kematian.([1])
(Sumber: Mi-atu washilatin liyuhibbakallaahu warasuuluhuu, Sayyid Mubarok (Abu Bilal), dialih bahasakan oleh: Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
______________________
Footnote:
([1]) HR. at-Tirmidzi dengan sanad shahih