Ratibah Shalat Zhuhur

Oleh: Muhammad Syahri

Untuk edisi ini, kami bahas Ratibah Zhuhur.

Sifat dan Keutamaannya

Boleh bagi Anda untuk shalat empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat sesudahnya, berdasarkan hadits Ummu Habibah J dia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah bersabda:

« مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ »

Barangsiapa menjaga empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat setelahnya, maka Allah haramkan dia atas api neraka.(1)

Atau empat rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat sesudahnya berdasarkan hadits ‘Abdullah bin Syaqiq, dia berkata, ‘Aku bertanya kepada ‘Aisyah J, tentang shalat Rasulullah , yaitu tentang shalat sunnah beliau, maka dia menjawab,

كَانَ يُصَلِّى فِى بَيْتِى قَبْلَ الظُّهْرِ أَرْبَعًا ثُمَّ يَخْرُجُ فَيُصَلِّى بِالنَّاسِ ثُمَّ يَدْخُلُ فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ

Adalah beliau shalat di rumahkau empat rakaat sebelum zhuhur, kemudian beliau keluar (rumah) lalu shalat bersama manusia, kemudian masuk (rumah) dan shalat dua rakaat…”(2)

Juga hadits Ummu Habibah J, Rasulullah bersabda:

« مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى لِلهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَوْ إِلاَّ بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ » [«..أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا … »]

Tidak ada seorang hamba muslim pun yang shalat karena Allah setiap harinya dua belas rakaat tathawwu’, bukan wajib, melainkan Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di sorga, atau kecuali akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di sorga.”(3) [“… empat rakaat sebelum zhurhur, dua rakaat setelahnya, …”(4)]

Juga hadits ‘Aisyah J dia berkata:

« إِنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لاَ يَدَعُ أَرْبَعاً قَبْلَ الظُّهْرِ … »

Sesungguhnya Nabi tidak pernah meninggalkan empat rakaat sebelum zhuhur, dan dua rakaat sebelum subuh.”(5)

Boleh juga dua rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat sesudahnya, berdasarkan hadits Ibnu Umar L, dia berkata:

حَفِظْتُ مِنَ النَّبِىِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الصُّبْحِ

Aku menghafal dari Nabi sepuluh rakaat; dua rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat sesudah maghrib di rumah beliau, dua rakaat setelah isya’ di rumah beliau, dua rakaat sebelum shalat subuh…”(6)

Qadha` empat rakaat sebelum zhuhur

Barangsiapa ketinggalan dari empat rakaat sebelum zhuhur, maka ia boleh mengqadha`nya setelah shalat zhuhur, berdasarkan hadits ‘Aisyah J, dia berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا لَمْ يُصَلِّ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ صَلاَّهُنَّ بَعْدَهُ

Adalah Nabi , jika beliau belum shalat empat rakaat sebelum zhuhur, maka beliau shalat keempat rakaat itu setelahnya.”(7)

Qadha` Dua Rakaat Setelah Zhuhur

Barangsiapa ketinggalan dari dua rakaat setelah zhuhur, maka boleh baginya untuk mengqadha`nya setelah shalat ashar, dengan catatan matahari masih meninggi.

Berdasarkan hadits Kuraib maula Ibnu ‘Abbas dan ‘Abdurrahman bin Azhar, dan al-Miswar bin Makhramah, bahwa mereka mengutus Kuraib kepada ‘Aisyah J, istri Nabi . Mereka berkata, ‘Sampaikanlah salam kami semua kepadanya, dan tanyakan kepadanya tentang dua rakaat setelah shalat ashar. Dan katakan, ‘Sesungguhnya, telah diberitakan kepada kami bahwa Anda shalat dua rakaat tersebut padahal telah sampai kepada kami, bahwa Rasulullah telah melarang dari keduanya.” Ibnu ‘Abbas berkata, ‘Dulu aku bersama Umar bin al-Khaththab memukul manusia karenanya.’ Kuraib berkata, ‘Maka saya masuk menemuinya, dan saya sampaikan apa yang karenanya mereka mengutusku.’ Maka ‘Aisyah J berkata, ‘Bertanyalah kepada Ummu Salamah.’ Maka aku pun keluar kepada mereka, dan aku kabarkan kepada mereka ucapannya. Lalu merekapun menyuruh aku kepada Ummu Salamah dengan tugas seperti tugas yang dengannya mereka mengutusku ke ‘Aisyah. Maka berkatalah Ummu Salamah, ‘Aku mendengar Rasulullah melarang dari kedua rakaat tersebut, kemudian aku melihat beliau shalat dua rakaat tersebut. Ada pun saat beliau shalat dua rakaat tersebut, maka kala itu beliau telah shalat ashar, kemudian masuk ke rumah, sementara di sisi banyak kaum wanita dari Bani Haram, dari suku Anshar lalu beliau shalat dua rakaat tersebut. Maka aku utus seorang budak wanita kepada beliau seraya kukatakan, ‘Berdirilah di sisi beliau, lalu katakan kepada beliau, ‘Ummu Salamah berkata, ‘Ya Rasulullah , sesungguhnya saya pernah mendengar Anda melarang dari dua rakaat ini, dan sekarang saya melihat Anda shalat dua rakaat tersebut.’ Jika beliau memberikan isyarat dengan tangan beliau, maka mundurlah dari beliau.’ Maka budak wanita itu pun melakukannya, lantas Nabi memberikan isyarat dengan tangannya, dan budak wanita itu pun mundur. Tatkala beliau selesai dari shalat, beliau bersabda,

« يَا بِنْتَ أَبِى أُمَيَّةَ ، سَأَلْتِ عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ ، إِنَّهُ أَتَانِى أُنَاسٌ مِنْ عَبْدِ الْقَيْسِ بِالإِسْلاَمِ مِنْ قَوْمِهِمْ ، فَشَغَلُونِى عَنِ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ ، فَهُمَا هَاتَانِ »

Wahai putri Abu Umayyah, engkatu telah bertanya tentang dua rakaat setelah ashar? Sesungguhnya telah datang kepadaku sekelompok orang dari ‘Abdil Qais dengan membawa keIslaman, dari kaum mereka, maka mereka pun menyibukkan aku dari dua rakaat setelah zhuhur, maka dua rakaat itu adalah dua rakaat ini.’ (8)

Juga hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa`i dari ’Ali bin Abi Thalib I secara marfu’:

أَنَّ النَّبِىَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْعَصْرِ إِلاَّ وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ

Bahwa Nabi melarang dari shalat setelah ashar, kecuali matahari masih meninggi.”

Dan dalam redaksi Ahmad:

« لاَ تُصَلُّوا بَعْدَ الْعَصْرِ إِلاَّ أَنْ تُصَلُّوا وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ »

Janganlah kalian shalat setelah ashar, kecuali kalian shalat, sementara matahari masih meninggi.”(9)

Maraji’:

  • Al-Wajiz fi Fiqhis Sunnati wal Kitabil Aziz, ‘Abdul ‘Azhim bin Badawiy

  • Bughyatul Mutathowwi’ fi Shalatit Tathawwu’, Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul

  • Fiqhussunnah linnisa` wa ma yajibu an-Ta’rifahu Kullu Muslimatin min Ahkamin, Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim

  • Shalatut Tathowwu’; Mafhum, wa Fadha`il, wa Aqsam, wa Anwa’, wa Aadaab, fi Dahu`il Kitabi was Sunnah, DR. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf al-Qahthaniy.

  • Tadzkirul Ghafil bi Fadhlin Nawafil, Abdullah bin Jarullah al-Jarullah

_______________________________________________

Footnote:

1 Shahih, HR. at-Turmudzi (428), Ibnu Majah (1160), Abu Dawud (1269), an-Nasa`i (3/265), Shahih Sunan Ibnu Majah (1/191), lihat juga as-Silsilah as-Shahihah (1431)

2 Shahih, HR. Muslim (730)

3 Shahih, HR. Muslim (728)

4 Shahih, HR. at-Turmudzi, Shahih at-Turmudzi (1/414)

5 HR. al-Bukhari (1182), an-Nasa`i (3/252), Abu Dawud (1253), ad-Darimi (1/335)

6 Shahih, HR. al-Bukhari (1180, 1172, 1165, 937), Muslim (729), at-Turmudzi (434), Malik (296)

7 Hasan, HR. at-Turmudzi (426), Ibnu Majah (1158), Shahih Sunan at-Turmudzi (1/134)

8 Shahih, HR. al-Bukhari (1233, 4370), Muslim (834)

9 Shahih, HR. Ahmad (1/130), Abu Dawud (1274), an-Nasa`i (2/280), as-Silsilah as-Shahihah (200)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *