Penghapus Dosa Dari As-Sunnah as-Shahiihah (12) Dzikir-Dzikir Selepas Shalat Fardhu

 

Dengannya dosa-dosa dihapus.

 

39-1. Tasbiih, tahmiid, takbiir dan tahliil. 

      

Membaca subhaanallaah, alhamdulillaah, allaahu akbar (masing-masing 33 kali), dan laa ilaaha illallaah wahdahuu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai-in qadiir.

 

Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda,

 

«مَنْ سَبَّحَ اللهَ دُبُرَ كُلَّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِيْنَ، وَحَمِدَ اللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِيْنَ، وَكَبَّرَ اللهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِيْنَ، فَتِلْكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ، وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ»

 

“Barangsiapa bertasbiih (mensucikan) Allah selepas setiap shalat (fardhu) tiga puluh tiga kali, bertahmiid (memuji) Allah tiga puluh tiga kali, dan bertakbiir (mengagungkan) Allah tiga puluh tiga kali, maka itu adalah Sembilan puluh Sembilan, lalu dia membaca pada kesempurnaan seratus laa ilaaha illallaah wahdahuu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai-in qadiir, diampunilah untuknya kesalahan-kesalahannya sekalipun seperti buih di lautan.”([1])

 

40-2. Bacaan tahlil setelah subuh dan maghrib.

 

Membaca

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ [وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوتُ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ] ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

 

“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dengan me-Esakan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, bagi-Nya segala pujian, Dialah yang menghidupkan dan mematikan, [Dia Maha Hidup tidak akan mati, pada tangan-Nyalah segala kebaikan]([2]), dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

 

Berdasarkan hadits Abu Dzar, Mu’adz, Abu ‘Iyasy az-Zarqiy, Abu Ayub, ‘Abdurrahman bin Ghanim al-Asy’ariy, Abu ad-Darda`, Abu Umamah, dan ‘Umaarah bin Syubaib as-Sibaa-iy radhiyallaahu ‘anhum([3]), dan total keseluruhan perkara yang ada di dalam hadits-hadits mereka radhiyallaahu ‘anhum adalah bahwa orang yang membacanya setelah shalat maghrib atau shalat subuh sebanyak sepuluh kali, maka Allah akan kirimkan para penjaga bersenjata yang menjaganya dari syaitan hingga subuh, dan dari sejak pagi sampai sore, diangkat untuknya sepuluh derajat, dia berada di dalam perlindungan dari segala perkara yang tidak disukai pada harinya tersebut, dengannya Allah tuliskan untuknya sepuluh kebaikan yang mewajibkan, dihapus darinya sepuluh keburukan yang membinasakan, ada pahala baginya seperti pahala memerdekakan sepuluh budak mukmin, tidak layak bagi dosa untuk mendapatinya pada hari tersebut kecuali mensekutukan Allah, dan dia termasuk manusia yang terbaik amalnya, kecuali seseorang yang mengunggulinya dengan ucapan yang lebih afdhal dari apa yang telah dia ucapkan.

 

41-3. Tasbiih, tahmiid, dan takbiir 10 kali.

 

Membaca subhaanallaah sepuluh kali, Alhamdulillah sepuluh kali, dan Allaahu Akbar sepuluh kali; berdasarkan hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«خَصْلَتَانِ لاَ يُحْصِيهِمَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ إِلاَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَهُمَا يَسِيرٌ، وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ»

 

“Dua perkara; tidaklah seorang muslim menghitungnya melainkan ia masuk sorga; keduanya mudah; dan yang mengamalkannya sedikit.”

 

Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ يُسَبِّحُ أَحَدُكُمْ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ عَشْرًا، وَيَحْمَدُ عَشْرًا، وَيُكَبِّرُ عَشْرًا، فَهِىَ خَمْسُونَ وَمِائَةٌ فِي اللِّسَانِ، وَأَلْفٌ وَخَمْسُمِائَةٍ فِي الْمِيزَانِ»

 

“Shalat lima waktu; salah seorang dari kalian bertasbih pada selepas setiap shalat (fardhu) sebanyak sepuluh kali, bertahmid sepuluh kali, dan bertakbir sepuluh kali; maka ia adalah seratus lima puluh di lisan([4]), dan seribu lima ratus di timbangan.”([5])

 

Maka akupun melihat Rasulullah ﷺ menghitungnya dengan tangan beliau.

 

«وَإِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ أَوْ مَضْجَعِهِ، سَبَّحَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ، وَحَمِدَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ، وَكَبَّرَ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ، فَهِيَ مِائَةٌ عَلَى اللِّسَانِ، وَأَلْفٌ فِي الْمِيزَانِ»

 

“Dan jika salah seorang dari kalian berada pada tempat tidurnya, atau ranjangnya, lalu dia bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali, maka ia adalah seratus di lisan, dan seribu di timbangan.”

 

Dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«فَأَيُّكُمْ يَعْمَلُ فِى كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ أَلْفَيْنِ وَخَمْسَمِائَةِ سَيِّئَةٍ؟»

 

“Maka siapakah diantara kalian yang pada setiap sehari semalam melakukan dua ribu lima ratus keburukan?”

 

Dikatakan, ‘Ya Rasulullah, bagaimana kami tidak menghitungnya?’ Maka beliau bersabda,

 

«إِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِي أَحَدَكُمْ وَهُوَ فِى صَلاَتِهِ، فَيَقُولُ: اذْكُرْ كَذَا، اذْكُرْ كَذَا، وَيَأْتِيهِ عِنْدَ مَنَامِهِ، فَيُنِيمُهُ»

 

“Sesungguhnya syetan datang kepada salah seorang dari kalian, sementara dia berada di dalam shalatnya, lantas berkata, ‘Ingatlah demikian, ingatlah demikian, dan dia mendatanginya pada saat tidurnya, lalu menidurkannya.”

 

Dan pada lafazh Ibnu Majah,

 

«فَلاَ يَزَالُ يُنَوِّمُهُ حَتَّى يَنَامَ»

 

“Maka tiada hentinya dia menidurkannya hingga dia tidur.”([6])

 

(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)

_____________________________________

Footnote:

([1]) Muslim, Kitaab al-Masaajid, Bab Disunnahkannya Berdzikir Setelah Shalat, Dan Penjelasan Tata Caranya, no. 597.

([2]) Lihat Kasyful Astaar, oleh al-Bazzar, 4/25, no. 3106. Dan tambahan diantara kurung adalah milik at-Thabraniy di dalam al-Kabiir 20/392 no. 926. Al-Haitsamiy berkata di dalam Majma’ az-Zawaa-id wa Manba’ al-Fawaa-id 10/103, ‘Diriwayatkan oleh at-Thabraniy, dan para perawinya adalah perawi-perawi as-Shahiih.’

([3]) 1- Adapun hadits Abu Dzar, maka ia dikeluarkan oleh at-Tirmidzi dalam Kitaab ad-Da’awaat, Bab Haddatsanaa Qutaibah, no. 3474. Dan dia berkata, ‘Ini adalah hadits hasan ghariib shahiih; Ahmad, 5/420, penulis hasyiah terhadap Zaadul Ma’aad berkata, ‘Dengan sanad shahiih.’ 1/301; dan an-Nasa-iy dalam ‘Amalul Yaumi Wallailah no. 1270.

2- Adapun hadits ‘Abdurrahman bin Ghanim al-Asy’ariy, maka ia dikeluarkan oleh Ahmad 4/227, dihasankan oleh al-Albaniy dalam Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, 1/1910.

3- Adapun hadits Abu Ayub, maka ia dikeluarkan oleh Ahmad, 5/414, 415, 420; an-Nasa`iy dalam ‘Amalul Yaumi wallailah, no. 24; Ibnu Hibban dalam Shahiihnya no. 2023, dan dishahiihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih at-Targhiib 1/190.

4- Adapun hadits Abu ‘Iyaasy az-Zarqiy, maka ia dikeluarkan oleh ahmad, 4/60; Abu Dawud dalam Kitaabul Adab, Bab Tentang Tasbiih Saat Tidur no. 5077; Ibnu Majah dalam Kitaab ad-Du’aa, Bab Apa Yang Dibaca Seseorang Jika Berada Pada Waktu Pagi Dan Sore, no. 3867.

5- Adapun hadits Mu’adz, maka ia dikeluarkan oleh an-Nasa-iy dalam ‘Amalul Yaumi Wallailah, no. 126; Ibnu as-Sunniy dalam ‘Amalul Yaumi Wallailah no. 139; at-Thabraniy dalam Kitaab ad-Du’aa no. 7050.

6- Adapun hadits ‘Umaarah bin Syabiib as-Sibaa-iy, maka ia dikeluarkan oleh an-Nasaa-iy dalam ‘Amalul Yaumi Wallailah, no. 577, 578; at-Tirmidzi dalam Kitaabu ad-Da’awaat, Bab Haddatsanaa Muhammad bin Humaid, no. 3534, dihasankan oleh al-Albaniy dalam Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, 1/190.

7- Adapun hadits Abu Umamah, maka ia diriwayatkan oleh at-Thabraniy, dan al-Mundziri berkata tentangnya di dalam at-Targhiib wa at-Tarhiib,1/375, ‘Diriwayatkan oleh at-Thabraniy di dalam al-Ausath dengan sanad jayyid.’ Al-Haitsami berkata dalam Majma’ az-Zawaa-id, 10/111, ‘Diriwayatkan oleh at-Thabraniy dalam al-Kabiir, dan al-Ausath, dan para perawi al-Ausath adalah tsiqah.’ Dan dihasankan oleh al-Albaniy dalam Shahiih at-Targhiib, 1/1910.

8- Adapun hadits Abu ad-Dardaa`, maka ia disebut oleh al-Haitsamiy dalam Majma’ az-Zawaa-id, 10/111, dan menganggapnya berasal dari at-Thabraniy dalam al-Kabiir dan al-Ausath; pemberi hasyiah terhadap at-Targhiib wa at-Tarhiib milik al-Mundziri (1/75) berkata, ‘Hasan dengan penguat-penguatnya.’

([4]) Yang demikian itu dikarenakan keseluruhan shalat lima waktu seratus lima puluh. Nailul Authaar (2/102), ‘Amalul Yaumi Wallailah milik an-Nasa`-iy (153).

([5]) Yang demikian itu dikarenakan kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya (2/102).

([6]) Dikeluarkan oleh an-Nasa-iy, dalam Kitaab as-Sahwi, Bab ‘Adadu at-Tasbiih Ba’da at-Tasliim, no. 1348; Ibnu Majah, Kitaab Iqaamah as-Shalaat, Bab Maa Yuqaalu Ba’da at-Tasliim, no. 926; Abu Dawud dalam Kitaab al-Adab, Bab Tasbih Pada Saat Tidur, no. 5065; at-Tirmidzi dalam Kitaab ad-Da’awaat no. 3410, dan dia berkata, ‘Hadits hasan shahih.’; Ahmad, 2/502, dan dishahiihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih Sunan an-Nasa`iy, 1/290, Shahiih Ibnu Maajah, 1/152, dan ia memiliki penguat dari hadits Anas pada an-Nasa-iy no. 299, at-Tirmidzi no. 481, Ahmad 3/120, dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabiy 1/255, dan dihasankan oleh al-Albaniy dalam Shahiih an-Nasa-iy 1/279.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *