Oleh: al-Ustadz Muslim al-Atsariy hafizhahullahu
HADITS SA’AD BIN ‘UBADAH radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا مِنَ امْرِئٍ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ، ثُمَّ يَنْسَاهُ، إِلَّا لَقِيَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَجْذَمَ»
Dari Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallaahu ‘anhu dia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda: “Tidaklah seseorang membaca (menghafal) Al-Qur’an, kemudian dia melupakannya, melainkan dia akan bertemu Allah ﷻ pada hari Kiamat dalam keadaan berpenyakit judzam (kusta)”.
KETERANGAN:
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 1474, dari jalur Yazid bin Abi Ziyad, dari ‘Isa bin Faaid, dari Sa’ad bin ‘Ubadah.
DERAJAT HADITS:
Hadits ini lemah, sebab memiliki beberapa cacat:
1- Yazid bin Abi Ziyad
Dia seorang perowi yang lemah. Dan di dalam sanad ini dia mudh-thorib (guncang). Sebab:
- Terkadang dia mengatakan: dari ‘Isa bin Faaid, dari Sa’ad bin ‘Ubadah.([1])
- Terkadang dia mengatakan: dari ‘Isa bin Faaid, dari seorang laki-laki, dari Sa’ad bin ‘Ubadah.([2])
- Terkadang dia mengatakan: dari ‘Isa bin Faaid, dari ‘Ubadah bin Ash-Shomit.([3])
2- ‘Isa bin Faaid
Dia seorang perowi majhul (tidak dikenal), sebab yang meriwayatkan darinya hanya Yazid bin Abi Ziyad.
Oleh karena hadits ini dilemahkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullaah di dalam Dho’if At-Targhib, no. 873; dan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth di dalam Takhrij Musnad Ahmad, no. 22456, 22463, 22758, 22781.
KESIMPULAN:
Hadits ini lemah, sehingga tidak bisa dijadikan sebagai dalil keyakinan atau amalan.
Sesungguhnya di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits–hadits yang shohih sudah cukup dalil yang menyebutkan keutamaan membaca dan menghafalkan Al-Qur’an, sehingga tidak membutuhkan hadits lemah. Wallohu a’lam
Kita jangan menisbatkan hadits ini kepada Nabi ﷺ, sebab khawatir terkena ancaman di dalam hadits berikut ini:
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ عَلَى هَذَا الْمِنْبَرِ: «إِيَّاكُمْ وَكَثْرَةَ الْحَدِيثِ عَنِّي، فَمَنْ قَالَ عَلَيَّ، فَلْيَقُلْ حَقًّا أَوْ صِدْقًا، وَمَنْ تَقَوَّلَ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»
Dari Qotadah, dia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda di atas mimbar ini: “Kamu jangan banyak meriwayatkan hadits dari-ku; Barangsiapa berkata atas-ku, hendaklah dia berkata yang benar atau jujur.
Barangsiapa membuat-buat perkataan atasku sesuatu yang aku tidak katakan, hendaklah dia menempati tempat tinggalnya di Neraka”.([4])
Berdusta atas nama Nabi ﷺ adalah berdusta di dalam syari’at, sehingga dampaknya mengenai seluruh umat, maka dosanya lebih besar dan hukumannya lebih berat. Wallohul Musta’an.([5])
________________________
Footnote:
([2]) HR. Ahmad, no. 22456, 22463
([3]) HR. Ahmad, no. 22758, 22781
([4]) HR. Ibnu Majah, no. 35; Ahmad, no. 22538. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shohih Ibni Majah; dan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth di dalam Takhrij Musnad Ahmad
([5]) Sragen, Jum’at Bakda Ashar, 11-Muharrom-1443 H / 20-Agustus-2021