Sesungguhnya al-Qur`an adalah obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, sementara membacanya, serta mentadabburi ayat-ayat-Nya menambah iman dan kebaikannya, serta memberikan syafaat bagi pembacanya pada hari kiamat, dan tidak akan sabar membacanya kecuali orang yang beriman.
Allah ﷻ berfirman,
أَو زِدۡ عَلَيهِ وَرَتِّلِ ٱلقُرۡءَانَ تَرتِيلًا ٤
“Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. al-Muzammil: 4)
Nabi ﷺ bersabda,
«مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ، مَثَلُ الْأُتْرُجَّةِ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ التَّمْرَةِ، لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ، مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ، كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ، لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ»
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Qur`an adalah seperti utrujah, aromanya wangi, dan rasanya lezat. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca al-Qur`an adalah seperti korma, tidak ada aromanya, dan rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca al-Qur`an adalah seperti raihanah, aromanya wangi sementara rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca al-Qur`an adalah seperti hanzhalah, tidak memiliki aroma dan rasanya pahit.”([1])
Dan beliau bersabda,
«يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ: اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُهَا»
“Dikatakan kepada pembaca al-Qur`an, ‘Bacalah, dan naiklah, serta bacalah, sebagaimana engkau biasa membacanya di dunia, dikarenakan tempat kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang dia biasa membacanya.”([2])
(Sumber: Mi-atu washilatin liyuhibbakallaahu warasuuluhuu, Sayyid Mubarok (Abu Bilal), dialih bahasakan oleh: Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
______________________
Footnote:
([2]) HR. at-Tirmidzi, dan sanadnya shahih