Berkata al-Állaamah Abdullah bin Husein bin Thahir Baálawiy rahimahullah:
وَالسُّكُوْتُ عَنِ الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ بِغَيْرِ عُذْرٍ.
“Dan (termasuk maksiat lisan adalah) diam dari memerintah yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar tanpa udzur.”
Allah ﷻ berfirman:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ١٠٤
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Âli ‘Imrân: 104)
Allah ﷻ berfirman:
لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۢ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ ٧٨ كَانُواْ لَا يَتَنَاهَوۡنَ عَن مُّنكَرٖ فَعَلُوهُۚ لَبِئۡسَ مَا كَانُواْ يَفۡعَلُونَ ٧٩
“Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Dâwud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat.” (al-Maidah: 78-79)
Adapun dalil dari hadits Nabi ﷺ, diantaranya adalah hadits Abû Sa’îd al-Khudhri radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: “Saya mendengar Rasûlullâh ﷺ bersabda:
« مَنْ رَأَى مِنْكُم مُنْكراً فَلْيغيِّرْهُ بِيَدهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطعْ فبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبقَلبهِ وَذَلَكَ أَضْعَفُ الإِيمانِ »
“Barangsiapa diantara kamu melihat satu kemungkaran maka hendaklah merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak sanggup maka dengan lisannya dan jika tidak sanggup (juga) maka dengan hatinya. Dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.”([1])
Dari al-‘Urs ibn ‘Amirah al-Kindiy radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
«إذَا عُمِلَتْ الْخَطِيئَةُ فِي الْأَرْضِ كَانَ مَنْ شَهِدَهَا وَكَرِهَهَا» ، وَفِي رِوَايَةٍ: «فَأَنْكَرَهَا كَمَنْ غَابَ عَنْهَا، وَمَنْ غَابَ عَنْهَا فَرَضِيَهَا كَانَ كَمَنْ شَهِدَهَا»
“Jika sebuah kesalahan (dosa, kemaksiatan) dilakukan di bumi, maka adalah orang yang menyaksikannya dan membencinya [dalam sebuah riwayat, ‘Maka dia mengingkarinya.’] maka dia seperti orang yang tidak hadir darinya, dan barangsiapa tidak hadir darinya, lalu dia meridhainya, maka dia seperti orang yang menyaksikannya.”([2])
Dari Abû Bakar Ash-Shiddiq radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata:
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ تَقْرَءُونَ هَذِهِ الآيَةَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ} [المائدة: 105]، وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: «إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ»
“Wahai manusia kamu membaca ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi madharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.” (Al-Maidah: 105) Sesungguhnya saya mendengar Rasûlullâh ﷺ bersabda: “Sesungguhnya manusia, apabila mereka melihat orang zhalim kemudian mereka tidak mencegahnya (dari kezhaliman)([3]) hampir saja Allâh menimpakan pada mereka semua siksaan dari-Nya.”([4])
Dari Abû Sa’îd al-Khudhri radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
« إِيَّاكُم وَالْجُلُوسَ في الطُّرُقَاتِ » فقَالُوا : يَا رسَولَ اللهِ مَالَنَا مِنْ مَجالِسنَا بُدٌّ ، نَتحدَّثُ فِيهَا ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ : فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلاَّ الْمَجْلِس فَأَعْطُوا الطَّريقَ حَقَّهُ» قالوا: ومَا حَقُّ الطَّرِيقِ يا رسولَ اللهِ ؟ قال : « غَضُّ الْبَصَر ، وكَفُّ الأَذَى، ورَدُّ السَّلامِ ، وَالأَمْرُ بالْمعْروفِ ، والنَّهْيُ عنِ الْمُنْكَرَ »
“Jauhilah duduk dipinggir-pinggir jalan.” Mereka berkata: “Wahai Rasûlullâh kami pasti memerlukan majlis-majlis untuk mengobrol disana.” Maka Rasûlullâh ﷺ bersabda: “Jika kamu tidak mau kecuali tempat untuk duduk-duduk maka berikanlah hak jalan.” Mereka berkata: “Apa saja hak jalan itu wahai Rasûlullâh?” beliau bersabda: “Memejamkan pandangan, menahan gangguan (tidak mengganggu orang), menjawab salam, memerintah yang ma’ruf dan melarang yang mungkar.”([5])
Dari An-Nu’man Ibnu Basyir radhiyallaahu ‘anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
« مَثَلُ القَائِمِ في حُدودِ اللهِ ، والْوَاقِعِ فيها كَمَثَلِ قَومٍ اسْتَهَمُوا على سفينةٍ فصارَ بعضُهم أعلاهَا وبعضُهم أسفلَها وكانَ الذينَ في أسفلها إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الماءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا : لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا في نَصَيبِنا خَرْقاً وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا ، فَإِنْ تَرَكُوهُمْ وَمَا أَرادُوا هَلكُوا جَمِيعاً ، وإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِم نَجوْا ونجوْا جَمِيعاً »
“Perumpamaan orang yang teguh menjalankan hukum Allâh dan orang yang terjerumus didalamnya adalah bagaikan satu kaum yang berbagi tempat dalam satu kapal, sebagian mereka ada dibagian atas kapal dan sebagian lagi dibagian bawah. Sedang orang-orang dibagian bawah jika memerlukan air mereka harus (naik keatas) melewati orang-orang yang diatas. Maka mereka berkata: “Seandainya kita melobangi dibagian bawah kita dan tidak lagi mengganggu orang-orang yang diatas kita?” Maka jika mereka (yang diatas) membiarkan maksud mereka (yang dibawah) pasti mereka semua binasa. Tetapi jika mereka mencegah tangan mereka, tentu mereka selamat dan selamat semua.”([6])
Yang dimaksud dengan hudud disini adalah larangan-larangn Allâh, al-Qaim adalah orang yang mengingkari dan mencegah, (dan al-Waqi’ adalah orang yang terjerumus. –pent)
(Diambil dari buku Kumpulan Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)
__________________________________
Footnote:
([2]) Hasan, HR. Abu Dawud (4345, 4346) dihasankan oleh al-Arnauth, lihat juga Shahiih al-Jaami’ (689), Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (2323)
([3]) Mencegahnya dari berbuat zhalim dengan tangan atau lisan atau dengan hati. Siksaan umum itu mengenai orang yang zhalim karena kezhalimannya dan mengenai yang lain karena mendiamkannya padahal mampu mencegahnya jika mau.
([4]) HR. Abû Dâwud (4338), Tirmidzî (2168, 3057), Ibnu Majah (4005), Ahmad (30), dishahihkan oleh al-Albaniy, lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (5/251)
([5]) HR. Al-Bukhârî (2465, 6229) Muslim (2121, 2161)