- Keyakinan sebagian orang bahwa menyelipkan pisau di pintu rumah pada malam ‘Iedul Fithri akan menghalangi syetan dari memasuki rumah, dikarenakan syetan takut kepada pisau.
Ini adalah keyakinan batil. Terdapat juga orang yang berkata bahwa syetan di belenggu pada malam pertama dari bulan Ramadhan. Ini benar, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakannya, sebagaimana riwayat Imam at-Tirmidzi,
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Jika pada awal malam dari bulan Ramadhan, maka syetanpun dibelenggu.” Al-Hadits.([1])
Lalu ia berkata, ‘Jika bulan Ramadhan telah selesai, maka sesungguhnya syetan bebas dengan sangat sengit.’ Oleh karena itulah dia letakkan pintu di pintu rumah dengan keyakinannya bahwa hal ini bisa mengusir syetan.
Ini adalah keyakinan batil.
As-Syaikh ‘Aliy Mahfuzh berkata, sebagaimana di dalam al-Ibdaa’ (hal. 435), ‘Termasuk diantara bentuk khurafat adalah menyelipkan pisau pada malam ‘Iedul Fithriy pada pintu-pintu rumah dan kamar. Mereka berpandangan bahwa syetan yang tadinya di penjara di dalam bulan Ramadhan keluar dari penjaranya pada malam hari raya, maka mereka takut memasuki rumah-rumah karena sebab pisau tersebut.’ Selesai.
As-Syuqairiy rahimahullah berkata, sebagaimana di dalam as-Sunan wa al-Mubtada’aat, hal. 308, ‘Termasuk keterpurukan akal kaum wanita kita adalah keyakinan mereka bahwa menyelipkan pisau-pisau pada malam ‘Iedul Fithri bisa mengusir syetan yang tadinya terpenjara di dalam bulan Ramadhan.’
Disini kami ingin mengatakan kepada setiap orang yang ingin mengusir syetan dari rumah, ‘Dimanakah Anda terhadap surat al-Baqarah?’
Imam Muslim mengeluarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ، إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ»
“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagian pekuburan. Sesungguhnya syetan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah.”([2])
Di dalam riwayat al-Hakim, dishahihkan oleh adz-Dzahabiy, dan dihasankan oleh al-Albaniy dalam as-Shahiihah (558),
«إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ سَنَامًا وَسَنَامُ الْقُرْآنِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ تُقْرَأُ خَرَجَ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ»
“Sesungguhnya segala sesuatu memiliki punuk (puncak yang tertinggi), dan punuknya al-Qur`an adalah surat al-Baqarah. Dan sesungguhnya syetan, jika dia mendengar surat al-Baqarah dibaca, maka dia keluar dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah.”([3])
- Keyakinan bahwa syetan menumbuhkan sebagian tanaman.
Diantara para petani dan selain mereka ada yang mengatakan bahwa tanaman yang tumbuh tanpa disengaja penanamannya adalah ‘tanaman syetan’.
Ini salah. Syetan tidak bisa menumbuhkan tanaman. Namun harus dikatakan tanaman rabbaaniy. Allah subhaanahuu wa ta’aalaa berfirman,
أَفَرَءَيتُم مَّا تَحرُثُونَ ٦٣ ءَأَنتُم تَزرَعُونَهُۥٓ أَم نَحنُ ٱلزَّٰرِعُونَ ٦٤ لَو نَشَآءُ لَجَعَلنَٰهُ حُطَٰمًا فَظَلتُم تَفَكَّهُونَ ٦٥ إِنَّا لَمُغرَمُونَ ٦٦ بَل نَحنُ مَحرُومُونَ٦٧
“Maka Terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau kamikah yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan Dia hancur dan kering, Maka jadilah kamu heran dan tercengang. (Sambil berkata): “Sesungguhnya Kami benar-benar menderita kerugian. Bahkan Kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa.” (QS. al-Waaqi’ah (56): 63-67)
- Keyakinan bahwa matahari menciptakan sebagian anggota tubuh manusia.
Sebagian manusia berkeyakinan bahwa matahari menciptakan sebagian anggota tubuh manusia. Maka jika satu gigi telah jatuh dari mulut anaknya yang masih kecil, dia berkata kepadanya, ‘Ambillah ia, lalu lemparkanlah ia ke arah Matahari, dan katakan, ‘Wahai matahari, ambillah gigi keledai, dan datangkanlah gigi singa.’ Maka sang anak tumbuh dalam keyakinan bahwa mataharilah yang memberikan gigi.
(Diambil dari buku 117 Dosa Wanita Dalam Masalah Aqidah Dan Keyakinan Sesat, terjemahan kitab Silsilatu Akhthaainnisaa`; Akhtaaul Mar-ah al-Muta’alliqah bil ‘Aqiidah Wal I’tiqaadaat al-Faasidah, karya Syaikh Nada Abu Ahmad)
______________________
Footnote:
([1]) HR. At-Tirmidzi (682), Ibnu Majah (1642), al-Bukhari (3103), Muslim (1079), an-Nasa`iy (2097), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (7/260)-pent
([3]) HR. Al-Hakim dalam al-Mustadrak (2060), at-Tirmidzi (2878), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (17/255)-pent






