Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi

 

HADITS ABU SA’ID AL-KHUDRIY radhiyallaahu ‘anhu

 

Dengan sanad (jalur periwayatan)  dari Abu Hasyim, dari Abu Mijlaz, dari Qois bin ‘Abbad, dari Abu Sa’id Al-Khudriy.

 

Abu Hasyim memiliki 3 murid, yaitu: Husyaim, Sufyan Ats-Tsauriy, dan Syu’bah.

 

  • JALUR HUSYAIM

 

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ في يَوْمَ جُمُعَةٍ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ »

 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, dia berkata: Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, Alloh akan memberikan cahaya kepadanya, antara dia dengan Baitul ‘Atiq (ka’bah)”.([1])

 

Catatan:

 

  1. Husyaim memiliki 7 murid yang meriwayatkan hadits ini.

 

Empat murid meriwayatkan secara marfu’ (dari sabda Nabi).

 

Tiga murid meriwayatkan secara mauquf (dari perkataan sahabat).

 

  1. Di dalam riwayat Husyaim ini disebutkan, “membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at”.

 

Ini menyelisihi riwayat Sufyan Ats-Tsauriy dan Syu’bah, dari Abu Hasyim, yang meriwayatkan tanpa kalimat “pada hari Jum’at”. Sehingga nampak kalimat ini diragukan keshohihannya.([2])

 

  1. Enam murid Husyaim meriwayatkan dengan lafazh di atas.

 

Satu murid, yaitu Nu’aim bin Hammad, meriwayatkan dengan lafazh syadz (menyendiri; berbeda dari yang lain), sehingga lemah, yaitu: “Barang siapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, Alloh akan memberikan cahaya kepadanya, antara dua jum’at”.([3])

 

Syaikh DR. Abdulloh bin Sholih Al-Fauzan berkata: “Ini termasuk riwayatriwayat munkar Nu’aim, karena dia memiliki riwayatriwayat munkar, dia banyak keliru, dan menyelisihi para perowi yang lebih kuat hafalannya dan lebih banyak jumlahnya. Maka disimpulkan bahwa riwayat Husyaim adalah mauquf dan diragukan bersambungnya”.([4])

 

  • JALUR SUFYAN ATS-TSAURIY

 

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ قَالَ: مَنْ تَوَضَّأَ، ثُمَّ فَرَغَ مِنْ وُضُوئِهِ، ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَكَ اللهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، خُتِمَ عَلَيْهَا بِخَاتَمٍ فَوُضِعَتْ تَحْتَ الْعَرْشِ فَلَا تُكْسَرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ ثُمَّ أَدْرَكَ الدَّجَّالَ لَمْ يُسَلَّطْ عَلَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ عَلَيْهِ سَبِيلٌ، وَمَنْ قَرَأَ خَاتِمَةَ سُورَةِ الْكَهْفِ أَضَاءَ نُورُهُ مِنْ حَيْثُ قَرَأَهَا مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَكَّةَ .

 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, dia berkata: “Barang siapa berwudhu’, lalu dia selesai berwudhu’, lalu dia berdoa: “Subhaanakalloohumma, wabihamdika, asy-hadu allaa ilaaha illa anta, astagh-firuka, wa-atuubu ilaika” Kalimat itu akan dicap dengan stempel, lalu diletakkan di bawah ‘arsy, sehingga tidak akan rusak sampai Hari Kiamat. Barang siapa membaca surat Al-Kahfi sebagaimana diturunkan, lalu dia bertemu Dajjal, maka Dajjal tidak bisa menguasainya, dan Dajjal tidak memiliki jalan untuk mencelakakannya. Barang siapa membaca penutup surat Al-Kahfi, cahaya-nya akan menerangi dari tempat dia membacanya dengan Makkah”.([5])

 

Catatan:

 

  1. Sufyan Ats-Tsauri memiliki 4 murid yang meriwayatkan hadits ini. Yaitu Abdur Rozaq, Waki’ bin Al-Jarroh, Abdurrohman bin Mahdiy, dan Qobishoh bin ‘Uqbah. Hanya Abdur Rozaq yang riwayatnya lengkap, dan ini shohih, sesuai riwayat jalur Syu’bah.
  2. Tiga murid meriwayatkan tanpa kata “pada hari jum’at”.

 

Satu murid, yaitu Qobishoh bin ‘Uqbah, meriwayatkan kata “pada hari jum’at”. Sehingga kalimat ini syadz (menyendiri/lemah).

 

  • JALUR SYU’BAH

 

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:«مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ كَمَا أُنْزِلَتْ، كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ مَقَامِهِ إِلَى مَكَّةَ، وَمَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ آخِرِهَا ثُمَّ خَرَجَ الدَّجَّالُ لَمْ يُسَلَّطْ عَلَيْهِ، وَمَنْ تَوَضَّأَ ثُمَّ قَالَ: “سُبْحَانَكَ اللهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ” كُتِبَ فِي رَقٍّ، ثُمَّ طُبِعَ بِطَابَعٍ فَلَمْ يُكْسَرْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ»

 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, dia berkata: Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa membaca surat Al-Kahfi sebagaimana diturunkan, dia akan mendapatkan cahaya pada hari Kiamat, dari tempat berdirinya sampai Makkah. Barang siapa membaca 10 ayat dari akhir surat Al-Kahfi, lalu Dajjal keluar, maka Dajjal tidak bisa menguasainya. Barang siapa berwudhu’, lalu dia berdoa: “Subhaanakalloohumma, wabihamdika, laa ilaaha illa anta, astagh-firuka, wa-atuubu ilaika” Kalimat itu akan ditulis pada lembaran lalu dicap dengan stempel, sehingga tidak akan rusak sampai Hari Kiamat.([6])

 

Catatan:

 

Ada perbedaan riwayat tentang bacaan untuk selamat dari Dajjal:

 

1) Pada jalur riwayat Syu’bah ini, disebutkan bahwa keselamatan dari Dajjal dengan membaca 10 ayat dari akhir surat Al-Kahfi.

 

2) Pada jalur Sufyan sebelumnya, disebutkan dengan membaca surat Al-Kahfi.

 

3) Pada hadits lain dari sahabat Abud Darda’([7]), disebutkan dengan membaca 10 ayat dari awal surat Al-Kahfi.

 

Syaikh Al-Albani menetapkan bahwa riwayat yang rojih (kuat) adalah membaca 10 ayat dari awal surat Al-Kahfi. Sebagaimana beliau jelaskan di dalam Silsilah Ash-Shohihah, no. 582 dan 2651. Wallohu a’lam.

 

FAWAID HADITS:

 

Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari haditshadits ini, antara lain:

 

1- Semua surat-surat di dalam Al-Qur’an memiliki keutamaan. Namun keutamaannya bertingkat-tingkat.

 

2- Keutamaan membaca dan menghafalkan surat-surat tertentu di dalam Al-Qur’an, seperti surat Al-Kahfi. 

 

3- Di antara keutamaan membaca surat Al-Kahfi sebagaimana diturunkan, bahwa Alloh akan memberikan cahaya kepada pembacanya pada hari Kiamat, dari tempat berdirinya sampai Ka’bah di kota Makkah.

 

4- Riwayat yang shohih tidak mengkhususkan keutamaan membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at.

 

Jika ada yang mengkhususkan, maka tidak diingkari, sebab banyak ulama yang berpendapat demikian. Wallohu a’lam.

 

5- Di antara keutamaan membaca surat Al-Kahfi, atau 10 ayat dari awal surat Al-Kahfi bahwa Alloh akan menyelamatkan pembacanya dari fitnah Dajjal.

 

6- Kewajiban beriman akan munculnya Dajjal.

 

7- Dajjal adalah fitnah yang sangat besar di akhir zaman.

 

Dia adalah manusia yang mengaku sebagai Tuhan, sebagai ujian bagi manusia lainnya.

 

8- Keutaman berwudhu’ dan berdoa setelahnya.

 

9- Di antara doa wudhu adalah “Subhaanakalloohumma, wabihamdika, asy-hadu allaa ilaaha illa anta, astagh-firuka, wa-atuubu ilaika”. Dan keutamaan doa ini.

 

10- Perkataan dan perbuatan manusia dicatat oleh malaikat dan manusia akan mengetahuinya pada hari Kiamat.

 

11- Kewajiban beriman kepada ‘arsy Alloh dan bahwa Alloh berada di atas ‘arsy.

 

Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini. Semoga Alloh selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju ridho dan sorga-Nya yang penuh kebaikan.([8])

 

Ditulis oleh Muslim Atsari,

Sragen, Zhuhur, Rabu, 28-Rojab-1443 H / 2-Maret-2022 M

_____________________

Footnote:

 

([1]) HR. Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman, no. 2777; dll

([2]) Lihat: Al-Ahaadiits Al-Waaridah fii Qiroah Surotil Kahfi Yaumal Jum’ati, karya Syaikh DR. Abdulloh bin Sholih Al-Fauzan

([3]) HR. Al-Baihaqi di dalam As-Sunan Ash-Shoghir, no. 606, di dalam As-Sunan Al-Kubro, no. 5996; Al-Hakim, no. 3392; dll

([4]) Al-Ahadits Al-Waridah fii Qiroah Surotil Kahfi Yaumal Jum’ati, hlm. 33

([5]) HR. Abdur Rozaq, no. 6023. Dan diriwayatkan secara ringkas oleh Al-Hakim, no. 8562; dll

([6]) HR. Al-Hakim, no. 2072, dan dia menshohihkannya, dan ini lafazhnya; Ath-Thobaroni di dalam Al-Mu’jamul Austah, no. 1455. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Ash-Shohihah, no. 2651, dan beliau membawakan lafazh Ath-Thobaroni

([7]) Silsilah Ash-Shohihah, no. 582

([8]) Sragen, Zhuhur, Rabu, 29-Rojab-1443 H / 3-Maret-2022 M

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *