Keyakinan bahwa wajib wudhu` setelah mandi.
Ini adalah keyakinan salah. Karena sesungguhnya orang yang telah mandi dengan mandi yang syar’iy, dan ingin shalat, maka tidak mengharuskannya untuk berwudhu`. Dikarenakan bersuci dari junub memenuhi bersuci dari hadats kecil. Dikarenakan penghalang junub lebih banyak dari penghalang hadats, maka masuklah yang lebih sedikit kepada yang lebih banyak.
Di dalam Sunan at-Tirmidzi, dan pada an-Nasa`iy serta Ibnu Majah, dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, dia berkata,
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الْغُسْلِ مِنْ الْجَنَابَةِ
“Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak berwudhu` setelah manji junub.”([1])
Pada riwayat Abu Dawud dan Ahmad dengan lafazh,
«كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلُ وَيُصَلِّي الرَّكْعَتَيْنِ وَصَلَاةَ الْغَدَاةِ، وَلَا أَرَاهُ يُحْدِثُ وُضُوءًا بَعْدَ الْغُسْلِ»
“Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mandi, lalu shalat dua rakaat, dan shalat subuh, dan aku tidak melihat beliau melakukan wudhu` setelah mandi.”([2])
‘Abdurrazzaaq mengeluarkan hadits di dalam Mushannafnya dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma, dia berkata,
«إِذَا لَمْ تَمَسَّ فَرْجَكَ بَعْدَ أَنْ تَقْضِيَ غُسْلَكَ فَأَيُّ وُضُوءٍ أَسْبَغُ مِنَ الْغُسْلِ»
“Jika Engkau tidak menyentuh kemaluanmu setelah menyelesaikan mandimu, maka wudhu` manakah yang lebih sempurna daripada mandi?”([3])
Para riwayat Ibnu Abi Syaibah di dalam Mushannaf-nya, dari Hudzaifah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata,
أَمَا يَكْفِيْ أَحَدُكُمْ أَنْ يَغْتَسِلَ مِنْ قَرْنِهِ إِلَى قَدَمِهِ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
“Tidak cukupkah salah seorang dari kalian mandi dari kepala hingga kakinya, hingga kemudian dia berwudhu`?’
Abu Bakar Ibnul ‘Arabiy berkata, ‘Para ulama tidak berselisih pendapat bahwa wudhu` masuk di dalam mandi, dan bahwa bersuci dari junub datang mencukupi bersuci dari hadats, serta memehuhinya.’
Catatan:
1- Tidak wajib bagi orang yang mandi junub untuk berniat mengangkat hadats kecil. Ini adalah madzhab jumhur, dan dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.
2- Adapun orang yang berhadats setelah mandi, maka mengharuskannya wudhu`. Ini adalah termasuk perkara yang tidak samar bagi siapapun.
(Diambil dari buku 117 Dosa Wanita Dalam Masalah Aqidah Dan Keyakinan Sesat, terjemahan kitab Silsilatu Akhthaainnisaa`; Akhtaaul Mar-ah al-Muta’alliqah bil ‘Aqiidah Wal I’tiqaadaat al-Faasidah, karya Syaikh Nada Abu Ahmad)
______________________
Footnote:
([1]) HR. Ibnu Majah (579), at-Tirmidzi (107), an-Nasa`iy (252), Ahmad (25636), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (23/437)-pent.
([2]) HR. Abu Dawud (250), Ahmad (24922), al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (23/437)
([3]) HR. ‘Abdurrazzaaq di dalam Mushannafnya (1039), ad-Dha’iifah (10/292)-pent






