Tiga Do’a Nabi

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رضي الله عنه قَالَ: إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا، فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ فَزَجَرُوهُ وَقَالُوا: مَهْ. مَهْ. فَقَالَ: «ادْنُهْ، فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا» . قَالَ: فَجَلَسَ قَالَ: «أَتُحِبُّهُ لِأُمِّكَ؟» قَالَ: لَا، وَاللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ. قَالَ: «وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ» . قَالَ: «أَفَتُحِبُّهُ لِابْنَتِكَ؟» قَالَ: لَا. وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ قَالَ: «وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِبَنَاتِهِمْ» . قَالَ: «أَفَتُحِبُّهُ لِأُخْتِكَ؟» قَالَ: لَا. وَاللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ. قَالَ: «وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأَخَوَاتِهِمْ» . قَالَ: «أَفَتُحِبُّهُ لِعَمَّتِكَ؟» قَالَ: لَا. وَاللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ. قَالَ: «وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِعَمَّاتِهِمْ» . قَالَ: «أَفَتُحِبُّهُ لِخَالَتِكَ؟» قَالَ: لَا. وَاللهِ جَعَلَنِي اللهُ فِدَاءَكَ. قَالَ: «وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِخَالَاتِهِمْ» . قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ وَقَالَ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ» فَلَمْ يَكُنْ بَعْدُ ذَلِكَ الْفَتَى يَلْتَفِتُ إِلَى شَيْءٍ.

 

Dari Abu Umamah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Sesungguhnya ada seorang pemuda mendatangi Nabi ﷺ, lalu dia berkata, ‘Ya Rasulullah, idzinkanlah saya untuk berzina.’ Maka manusia pun mendatanginya seraya mencelanya, dan mereka berkata, ‘Mah… mah…!’ Maka Nabi ﷺ bersabda, ‘Mendekatlah.’ Lalu diapun mendekat kepada beliau. Beliau bersabda, ‘Apakah Engkau perzinahan itu bagi ibumu?’ Dia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mudah-mudahan Allah menjadikanku sebagai tebusan Anda.’ Beliau bersabda, ‘Tidak juga manusia, mereka tidak suka perzinahan itu untuk ibu mereka.’ Beliau bersabda, ‘Apakah Engkau suka, perzinahan itu untuk putrimu?’ Dia menjawba, ‘Tidak, demi Allah Ya Rasullah, mudah-mudahan Allah menjadikan saya sebagai tebusan Anda.’ Beliau bersabda, ‘Tidak juga manusia, mereka tidak suka perzinahan itu untuk putri-putri mereka.’ Beliau bersabda, ‘Apakah Engkau suka perzinahan itu bagi saudarimu?’ Dia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mudah-mudahan Allah menjadikan saya sebagai tebusan Anda.’ Beliau bersabda, ‘Tidak juga manusia, mereka tidak suka perzinahan itu bagi saudari-saudari mereka.’ Beliau bersabda, ‘Apakah Engkau suka perzinahan itu bagi bibimu (dari pihak ayah)? Dia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mudah-mudahan Allah menjadikan saya sebagai tebusan Anda.’ Beliau bersabda, ‘Tidak juga manusia, mereka tidak suka perzinahan itu bagi bibi-bibi (dari pihak ayah) mereka.’ Beliau bersabda, ‘Apakah Engkau suka perzinahan itu bagi bibi (dari pihak ibu)mu?’ Dia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mudah-mudahan Allah menjadikan saya sebagai tebusan Anda.’ Beliau bersabda, ‘Dan tidak juga manusia, mereka tidak suka perzinahan itu bagi bibi-bibi (dari pihak ibu) mereka.’ Lalu Nabi ﷺ meletakkan tangan beliau padanya seraya bersabda, ‘Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.’ Maka setelah itu, tidaklah pemuda itu menoleh kapada sesuatupun (dari perkara yang berkaitan dengan perzinahan).’

(HR. Ahmad di dalam al-Musnad)([1])

 

Ini adalah tiga do’a nabawiy yang penuh berkah, yang dengannya Nabi ﷺ mendo’akan pemuda ini…

 

Do’a pertama, ‘Ya Allah, ampuni dosanya.’

 

Maghfirah, adalah menutupi dosa dan melewatinya (tidak menghukumnya)

 

Dan sungguh Nabi ﷺ telah berdo’a dengan do’a tersebut, dikarenakan pemuda itu telah bertekad kuat untuk melakukan perbuatan keji (zina). Dan karena dia telah berbicara di hadapan Rasulullah ﷺ dengan apa yang tidak pantas; karena dia adalah seorang manusia yang mesti memiliki dosa sementara Nabi ﷺ menginginkan kesucian bagi dirinya, dan jalannya adalah dengan mensucikan hati dan pengampunan dosa. Maka dosa-dosa itu memiliki kemalangan yang besar atas pelakunya, kemalangan yang mampu mengharamkan mereka dari meraih segala kebaikan.

 

Do’a kedua, ‘Ya Allah, sucikanlah hatinya.’

 

Kesesuaian do’a ini adalah bahwa kecintaan kepada perbuatan keji telah menguasai hatinya, oleh karena itulah dia meminta izin kepada Rasulullah ﷺ. Maka menjadi sesuailah beliau mendo’akan kesucian hatinya.. dan yang dimaksud adalah suci dari syahwat.

 

Maka makna do’a ini adalah ‘sucikanlah hatinya dari mencintai perbuatan keji.’

 

Do’a ketiga, ‘Ya Allah, jagalah kemaluannya.’

 

Ini adalah do’a baginya agar dia suci (dari zina), dan agar dia diberi taufik oleh Allah agar menahan penggunaan kemaluannya dalam perkara haram.

 

Hadits ini menunjukkan beberapa faidah; diantaranya,

 

Keberkahan metode iqnaa’ (membuat orang rela, puas, sadar, dan yakin). Ia adalah metode nabawiy. Para sahabat, saat mereka menghardik pemuda tersebut, Nabi ﷺ memanggilnya, lalu mengajaknya berdialog, dan memuaskannya.

 

Diantaranya adalah kemuliaan akhlak Nabi , belum pernah ada seorang muallim (pendidik) yang terlihat lebih utama daripada beliau. Perhatikanlah kisah ini, yaitu kisah yang diceritakan oleh Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu.

 

Anas radhiyallaahu ‘anhu berkata,

 

بَيْنَمَا نَحْنُ فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ إِذْ جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَقَامَ يَبُولُ فِي الْمَسْجِدِ، فَقَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ ﷺ :مَهْ مَهْ. فقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ :«لَا تُزْرِمُوهُ، دَعُوهُ». فَتَرَكُوهُ حَتَّى بَالَ، ثُمَّ إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ :«إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لَا تَصْلُحُ لِشَيْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ وَلَا الْقَذَرِ، إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ». فَأَمَرَ رَجُلًا مِنْ الْقَوْمِ فَجَاءَ بِدَلْوٍ مِنْ مَاءٍ فَشَنَّهُ عَلَيْهِ

 

‘Disaat kami berada di dalam masjid bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba datang seorang ‘Arab Badui, lalu dia berdiri dan kencing di dalam masjid. Maka para sahabat Rasulullah ﷺ berkata, ‘Mah… mah.’ Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Janganlah kalian memutus kencingnya([2]), biarkanlah dia (hingga selesai kencing).’ Maka merekapun meninggalkannya hingga dia buang air kecil. Kemudian sesungguhnya Rasulullah ﷺ memanggilnya, lalu berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya masjid-masjid ini, tidak layak bagi sesuatupun dari air kencing dan kotoran, ia hanya untuk berdzikir kepada Allah D, shalat, dan membaca al-Qur`an.’ Lalu beliau memerintahkan seorang laki-laki dari kaum, lalu dia datang dengan membawa setimba air, kemudian menuangkannya di atas air kencing tersebut.’ (HR. al-Bukhari, Muslim)([3])

 

Sementara pada riwayat ahlussunan bawa Arab Badui tadi berkata,

 

اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي وَمُحَمَّدًا وَلَا تَرْحَمْ مَعَنَا أَحَدًا . فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ :«لَقَدْ تَحَجَّرْتَ وَاسِعًا»

 

“Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami.’ Maka Nabi ﷺ bersabda, ‘Sungguh, Engkau telah membatasi sesuatu yang luas.’

 

Tidak beberapa lama kemudian, dia buang air di sisi lain dari masjid, lantas manusiapun bersegera menuju ke dia, dan Nabi ﷺ melarang mereka seraya bersabda,

 

«إِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ، صُبُّوا عَلَيْهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ»

 

“Sesungguhnya kalian diutus untuk memberikan kemudian, dan tidak diutus untuk mempersulit, tuangkanlah diatasnya setimba air.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa`iy)([4])

 

Faidah terpenting disini adalah agungnya pengaruh do’a di dalam merealisasikan kesucian (dari perbuatan keji, zina).

 

Dan seandainya setiap orang yang syahwatnya bergerak, dan syetan tengah mempermainkan perasaan dan pikirannya dengannya, lalu dia mengamalkan hadits tersebut dengan mengembalikan pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirinya, dan dengan berdo’a kepada Allah agar mensucikan hatinya serta menjaga kemaluannya, maka pastilah kesucian akan mendominasi masyarakat kita, dan pastilah kesucian akan menjadi ikon umat kita.

 

Perkara ini telah ditunjukkan oleh banyak sekali dalil-dalil syar’iy.

 

Diantaranya adalah bahwa Yusuf ‘alaihissalaam, saat dia dirayu oleh istri pembesar Mesir, dia bersandar kepada pintu do’a. Allah subhaanahu wata’aalaa berfirman,

 

وَرَٰوَدَتهُ ٱلَّتِي هُوَ فِي بَيتِهَا عَن نَّفسِهِۦ وَغَلَّقَتِ ٱلأَبوَٰبَ وَقَالَت هَيتَ لَكَۚ قَالَ مَعَاذَ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ رَبِّيٓ أَحسَنَ مَثوَايَۖ إِنَّهُۥ لَا يُفلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٢٣

 

“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. (QS. Yusuf (12): 23)

 

Abu as-Su’uud rahimahullah berkata, ‘Maksudnya, aku berlindung kepada Allah, tempat perlindungan dari apa yang mereka mengajakku kepadanya. Dan ini adalah penjauhan darinya dengan bentuk paling sempurna, dan sebagai isyarat pembenaran hukum bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan munkar yang luar biasa, yang wajib meminta perlindungan kepada Allah subhaanahu wata’aalaa untuk bisa selamat darinya.’ (Tafsir Abu as-Su’uud, IV/265)

 

Al-Qur`an yang mulia menjelaskan kerasnya permohonan perlindungan beliau kepada Allah dari kejahatan ini dengan satu kalimat yang mengalir melalui lisan wanita pemilik kisah tersebut,

فَاستَعصَمَۖ

 

“… Dia menolak… (QS. Yusuf (12): 32)

 

Yaitu dia menolak demi mendapatkan penjagaan kesucian. Dan itu adalah bentuk mubaalaghah (personifikasi) yang menunjukkan penolakan yang sangat, serta penjagaan diri yang keras, seakan-akan dia berada dalam penjagaan kuat, dan terus bersungguh-sungguh untuk menambah penjagaannya.’ (Tafsir Abu as-Su’uud, IV/265)

 

Dan tatkala Yusuf ‘alaihissalaam melihat desakan keras, serta gairah kecintaan mereka kepadanya, maka beliaupun berdo’a sekali lagi, dan menambah pegangannya dengan tali keselamatannya dari kesusahan dan gangguan yang menderanya, seraya berdo’a,

 

قَالَ رَبِّ ٱلسِّجنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدعُونَنِيٓ إِلَيهِۖ وَإِلَّا تَصرِف عَنِّي كَيدَهُنَّ أَصبُ إِلَيهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلجَٰهِلِينَ ٣٣

 

“Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh. (QS. Yusuf (12): 33)

 

Termasuk diantara perkara yang menjelaskan pengaruh do’a di dalam merealisasikan kesucian adalah bahwa Maryam ‘alaihassalaam saat dia menyangka bahwa Jibril ‘alaihissalaam -yang telah menyerupakan diri dalam rupa manusia (laki-laki)- hendak berbuat buruk kepadanya, maka diapun beristi’adzah dan berdo’a meminta penjagaan dirinya darinya,

 

قَالَت إِنِّيٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحمَٰنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيّا ١٨

 

“Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa. (QS. Maryam (19): 18)

 

Termasuk dalil-dalil lain adalah bahwa Sarah, istri Ibrahim ‘alaihissalaam, sebagaimana telah shahih di dalam as-Shahihain dari Nabi ﷺ, ‘Saat dia menemui raja lalim, dan raja itu hendak merengkuhnya dengan tangannya, dia berdo’a, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku beriman kepada-Mu dan kepada Rasul-mu, serta aku menjaga kemaluanku kecuali kepada suamiku, maka janganlah Engkau kuasakan seorang kafirpun terhadapku.’ Maka laki-laki itupun tidak bisa bergerak. Lalu dia berkata, ‘Berdo’alah kepada Allah, dan aku tidak akan membahayakanmu.’ Maka Sarahpun berdo’a kepada Allah, lalu laki-laki itupun terlepas. Kemudian dia hendak merengkuhnya untuk kedua kalinya, kemudian diapun tidak bisa bergerak kembali (lumpuh) dan lebih keras lagi, lantas dia berkata, ‘Berdo’alah kepada Allah untukku, dan aku tidak akan membahayakanmu.’ Maka Sarah berdo’a kepada Allah, dan laki-laki itu bebas. Kemudian dia memanggil pengawalnya seraya berkata, ‘Sesungguhnya kalian tidak mendatangkan seorang manusia kepadaku, namun kalian telah mendatangkan syetan kepadaku.’ Lalu raja itu menghadiahkan seorang pembantu, Hajar. Maka Sarahpun mendatangi Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam yang sedang shalat, lalu mengisyaratkan dengan tangannya, ‘Apa kabarmu?’ Sarah menjawab, ‘Allah telah mengembalikan tipu daya kafir ke lehernya sendiri, dan dia memberikan Hajar sebagai pembantu.”

 

Oleh karena ini semua, termasuk diantara petunjuk Nabi kita ﷺ adalah berdo’a meminta kesucian.

 

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda,

 

«اللهمَ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى»

 

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, kesucian dan kecukupan.” (HR. Muslim)([5])

 

Nabi ﷺ juga telah mengajarkan satu do’a kepada seorang laki-laki, beliau bersabda kepadanya,

 

« قُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِي، وَمِنْ شَرِّ بَصَرِي، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِي، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِي، وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّي »

 

“Ucapkan, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pendengaranku, dari keburukan penglihatanku, dari keburukan lisanku, dari keburukan hatiku, dan dari keburukan air maniku.” (HR. Abu Dawud)([6])

 

Makna hadits adalah, ‘Dia meminta perlindungan dari terkuasai oleh air maninya, hingga terjerumus ke dalam perzinahan, atau pada pengantar-pengantarnya; yaitu dari keburukan kemaluannya, dan penguasaan air mani atasnya, agar tidak terjerumus ke dalam perzinahan, dan melihat kepada yang diharamkan.” (‘Aunul Ma’buud, II/286)

 

(Diambil dari kitab Tsulatsiyaat Nabawiyah, Syaikh Mihran Mahir ‘Utsman, alih bahasa oleh Muhammad Syahri)

 

____________________________________

Footnote:

([1]) HR. Ahmad (22256), dishahihkan oleh al-Arnauth, as-Shahiihah (370), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (6/445)-pent

([2]) Lihat Syarah Muslim, Imam Nawawi, III/190.

([3]) HR. al-Bukhari (6025), Muslim (285)-pent

([4]) HR. Abu Dawud (380), at-Tirmidzi (147), an-Nasa`iy (I/48,49), Shahiih al-Jami’ (2350)-pent

([5]) HR. Muslim (2721)

([6]) HR. Abu Dawud (1551), at-Tirmidzi (3492), al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (663), an-Nasa`iy (5444), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (32/412)-pent

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *