Tidak diragukan lagi bahwa shalat rawatib yang muakkad, barangsiapa menjaga penunaiannya, maka jadilah orang yang mengikuti Rasulullah ﷺ yang telah memerintahkan untuk menjaganya, sementara mentaati Rasulullah ﷺ adalah termasuk ketaatan kepada Allah ﷻ. Dan mencintai beliau ﷺ adalah bukti kecintaan kita kepada Allah ﷻ yang telah berfirman,
قُل إِن كُنتُم تُحِبُّونَ ٱللهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحبِبكُمُ ٱللهُ وَيَغفِر لَكُم ذُنُوبَكُم
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali ‘Imran: 51)
Nabi ﷺ bersabda,
«مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلهِ تَعَالَى كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا، غَيْرَ فَرِيضَةٍ، إِلَّا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ»
“Tidak ada seorang hamba muslimpun yang shalat untuk Allah ﷻ setiap harinya sebanyak dua belas rakaat shalat sunnah, bukan amal fardhu, melainkan Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam sorga.”([1])
Shalat-shalat sunnah rawatib adalah dua rakaat sebelum subuh, empat rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib, dan dua rakaat setelah ‘Isyak.
Dan di dalam sebuah riwayat yang lain ada sepuluh rakaat, yaitu dua rakaat saja sebelum zhuhur. Dan boleh melakukan riwayat yang ini yang itu. Wallaahu a’lam.
(Sumber: Mi-atu washilatin liyuhibbakallaahu warasuuluhuu, Sayyid Mubarok (Abu Bilal), dialih bahasakan oleh: Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
______________________
Footnote: