Sesungguhnya termasuk orang yang Allah memberikan naungan kepada mereka pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya adalah seorang laki-laki yang hatinya tergantung di masjid-masjid, dan tidak akan lemah dari berkumpul dengan para ulama dengan pundak-pundak mereka. Maka orang ini, dan semisalnya, mereka memiliki keberuntungan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Allah ﷻ berfirman,
إِنَّمَا يَعمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللهِ مَن ءَامَنَ بِٱللهِ وَٱليَومِ ٱلأٓخِرِ
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian,…” (QS. at-Taubah (9): 18)
Nabi ﷺ bersabda,
«مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ، ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مَنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ، كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً، وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً»
“Barangsiapa bersuci di dalam rumahnya, kemudian dia berjalan menuju satu rumah dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan satu amal fardhu dari amal-amal fardhu yang diwajibkan Allah, maka kedua langkahnya, salah satu dari keduanya menghapus kesalahan dan yang lain mengangkat satu derajat.”([1])
(Sumber: Mi-atu washilatin liyuhibbakallaahu warasuuluhuu, Sayyid Mubarok (Abu Bilal), dialih bahasakan oleh: Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
______________________
Footnote: