Penyusun: Abu Yusuf Suharno
✨ Intisari
Dzikir adalah benih yang tumbuh di Surga dan cahaya yang hidup di dada. Tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir membersihkan hati dari lalai, menguatkan harapan, dan meneguhkan langkah taat.
Mukadimah
Di tengah riuh target dan kabar, hati hanya betul-betul tenang saat menyebut Nama Allah ﷻ. Tujuan dunia mengejar tepuk tangan manusia, sedangkan tujuan akhirat mengejar ridha-Nya. Dzikir menjadi napas iman yang meneduhkan, mengikis karat lalai, dan menanam pohon di Surga. Biasakan dzikir ma’tsur pagi dan petang. Sedikit tetapi terus, hati bening, langkah ibadah mantap, dan perjalanan menuju negeri abadi kian dekat.
Firman Allah ﷻ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada pagi dan petang.” (Surat Al-Aḥzāb ayat 41–42)
Sabda Rasulullah ﷺ
لَقِيتُ إِبْرَاهِيمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَقْرِئْ أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلَامَ، وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ، عَذْبَةُ الْمَاءِ، وَأَنَّهَا قِيعَانٌ، وَغِرَاسُهَا: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ
“Pada malam Isra’, aku bertemu Ibrahim. Ia berkata: ‘Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu, dan beritahukan bahwa Surga tanahnya subur, airnya manis, dan ia hamparan; tanamannya ialah: Subḥānallāh, Alḥamdulillāh, Lā ilāha illallāh, dan Allāhu Akbar.’”
Riwayat at-Tirmiżī no. 3462; hasan.
Perkataan Salaf
Abū Dardā’ رضي الله عنه
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ صِقَالَةً، وَصِقَالَةِ الْقُلُوبِ ذِكْرُ اللهِ
“Segala sesuatu ada pemolesnya, dan pemoles hati adalah dzikir kepada Allah.”
Syu‘ab al-Īmān (al-Bayhaqī).
Maknanya: Dzikir memoles hati hingga jernih memantulkan cahaya iman.
Teladan Salaf
Juwairiyah binti al-Ḥārith رضي الله عنها duduk berdzikir sejak pagi. Nabi ﷺ bersabda bahwa beliau telah mengucapkan setelah Subuh tiga kali:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
“Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya, sebanyak jumlah makhluk-Nya, sesuai keridaan Diri-Nya, seberat timbangan ‘Arsy-Nya, dan sebanyak tinta kalimat-kalimat-Nya.”
Pahalanya lebih berat daripada dzikir panjang yang beliau lakukan hingga siang. Riwayat Muslim no. 2726.
✨ Hikmah:
Dzikir ma’tsur yang singkat tetapi sahih dan dihayati lebih berbobot daripada ucapan panjang tanpa tuntunan.
Renungan Hati
Seberapa konsisten lisan kita basah oleh dzikir pagi dan petang yang ma’tsur? Kebiasaan kecil yang dijaga setiap hari itulah yang menanam pohon Surga dan menegakkan hati di jalan taat.
Pelajaran Berharga
1. Jadwalkan dzikir pagi dan petang ma’tsur setiap hari, lalu jaga kualitasnya dengan menghadirkan hati.
2. Isi sela aktivitas dengan tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir; jadikan menunggu sebagai ladang dzikir.
3. Pelajari makna lafaz dzikir agar lisan, akal, dan hati berjalan bersama dalam ketaatan.
Doa Penutup
اللَّهُمَّ اجْعَلْ أَلْسِنَتَنَا رَطْبَةً مِنْ ذِكْرِكَ، وَنَوِّرْ قُلُوبَنَا بِطَاعَتِكَ، وَازْرَعْ لَنَا فِي الْجَنَّةِ غِرَاسًا بِفَضْلِكَ وَرَحْمَتِكَ
“Ya Allah, basahkan lisan kami dengan dzikir-Mu, terangilah hati kami dengan ketaatan kepada-Mu, dan tanamkan bagi kami pohon-pohon di Surga-Mu dengan karunia dan rahmat-Mu.”






