Nabipun tidak boleh dimintai apalagi yang lain

 

وَفِيْهِ: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أُنْزِلَ عَلَيْهِ: {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ}، فَقَالَ: «يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا، اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ، لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ الله شيئًا، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ المُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنَ الله شيئًا، يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ الله شيئًا، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ، سَلِينِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتِ، لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ الله شيئًا»

mostbet mostbet giriş mostbet mostbet giriş

 

Dan di dalamnya (Shahih al- Bukhari): dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu ia berkata: “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berdiri ketika diturunkan kepada beliau: “Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara: 214)

 

Lantas beliau bersabda: “Wahai orang-orang Quraisy -atau kalimat semacamnya- tebuslah diri kamu sekalian (dari siksa Allah dengan memurnikan ibadah kepadaNya). Sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa dihadapan Allah untuk kalian. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu dihadapan Allah, wahai Shafiyah bibi Rasulullah, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu  dihadapan Allah nanti, wahai Fatimah binti Rasulillah, mintalah kepadaku apa saja yang kau kehendaki, tapi sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu  dihadapan Allah nanti”.

 

Abu Hurairah:

 

Dikatakan, yang benar, bahwa nama beliau adalah ‘Abdurrahman bin Shakhr, seorang suku Daus dari kalangan para sahabat yang utama radhiyallaahu ‘anhum, huffazh mereka, dan ulama mereka. Dia telah meriwayatkan lebih dari lima ribu hadits. Beliau radhiyallaahu ‘anhu wafat pada tahun 57, atau 58, atau 59 H.

 

Kosakata:

 

[وَفِيهِ] dan di dalamnya, yitu di dalam Shahiih al-Bukhari

 

[قَامَ] beliau berdiri, yaitu naik di atas bukit Shafa

 

[عَشِيرَتَكَ] keluargamu, ‘ashiirah seseorang, mereka adalah keturunan bapaknya ke bawah, atau kabilahnya.

 

[الْأَقْرَبِينَ] yang terdekat: yaitu yang terdekat dari yang terdekat dari mereka

 

[يَا مَعْشَرَ] al-ma’syar adalah al-jama’ah (kumpulan banyak orang)

 

[أَوْ كَلِمَةً] dengan menashabkan kata kalimah, yaitu ‘athaf kepada yang sebelumnya; yaitu dan beliau mengucapkan kalimat yang semacamnya; sebuah keragu-raguan dari perawi.

 

[اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ] tebuslah diri kalian, yaitu bebaskanlah ia dari adzab; dengan mentauhidkan dan mentaati Allah, dan janganlah kalian bertumpu pada nasab.

 

[لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ الله شيئًا] aku tidak bisa menolak adzab Allah dari kalian, untuk menghapus perkara yang kadang diopinikan bahwa beliau, dengan syafaat beliau, bisa berguna bagi mereka dari hukuman Allah.

 

[عَبَّاسُ، وَصَفِيَّةُ، وَ فَاطِمَةُ] dengan bina’ zhanniy, pada kedudukan nashab nida’, ibnu, ‘ammatu dan bintu dengan nashab sebagai badal dari munada, atau athaf bayan.

 

[سَلِينِي مِنْ مَالِي] Mintalah kepadaku bagian dari hartaku, dikarenakan inilah yang beliau mampu, adapun apa yang menjadi bagian dari urusan Allah, maka tidak ada kekuasaan untuknya bagi beliau.

 

Makna global:

 

Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu memberitakan tentang apa yang diperbuat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam saat Allah subhaanahu wata’aalaa memerintah beliau di dalam Kitab-Nya yang mulia untuk memberikan peringatan keapda kerabat beliau. Yaitu bahwa beliau berdiri melaksanakan perintah Rabb beliau, lalu menyeru kepada kaum Quraisy di tengah-tengahnya; lalu beliau menyeru paman, bibi, dan putri beliau, lalu beliau memberikan peringatan kepada mereka dengan peringatan khusus, dan memerintah mereka untuk membebaskan diri-diri mereka dari adzab Allah; dengan mengesakan-Nya dan mentaati-Nya. Dan beliau sampaikan kepada mereka bahwa beliau tidak bisa membela mereka dari adzab Allah sedikitpun jika mereka tidak beriman. Maka sekedar hubungan kekerabatan mereka dengan beliau, tidak akan bisa memberikan manfaat kepada mereka (jika) dengan tanpa keimanan.

 

Korelasi hubungan hadits bagi bab:

 

Bahwasannya di dalamnya (terdapat penjelasan) bahwa tidak boleh diminta dari Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tidak juga dari selain beliau, lebih-lebih lagi, kecuali apa yang beliau kuasa atasnya, dari perkara-perkara dunia. Adapun perkara yang beliau tidak kuasa atasnya kecuali Allah subhaanahu wata’aalaa, maka tidak boleh diminta dari beliau kecuali dari Allah subhaanahu wata’aalaa. Maka di dalamnya terdapat bantahan kepada para penyembah kuburan; yang mereka beristighatsah (memohon pertolongan) dengan orang-orang yang mati untuk memberikan jalan keluar dari kesusahan-kesusahan, dan untuk memenuhi hajat-hajat kebutuhan.

 

Faidah hadits:

 

  • Bantahan kepada para penyambah para Nabi dan orang-orang shalih; yang mereka bergantung kepada makhluk-makhluk dalam rangka menunaikan hajat-hajat mereka, yang tidak kuasa atasnya kecuali Allah subhaanahu wata’aalaa.
  • Bahwasannya tidak boleh diminta dari seorang hamba kecuali apa yang dia kuasai.
  • Bersegeranya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk menjalankan perintah Rabb-nya, dan menyampaikan risalah-Nya.
  • Bahwasannya tidak akan bisa menyelamatkan dari adzab Allah subhaanahu wata’aalaa kecuali iman dan amal shalih, tidak bersandar kepada sekedar penasaban diri kepada pribadi-pribadi tertentu.
  • Bahwasannya orang yang paling berhak kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang mentaati beliau dan mengikuti beliau; dari kalangan kerabat beliau, dan selain mereka.
  • Bahwa hanya sekedar kekerabatan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tidak akan memberikan manfaat tnapa keimanan, amal shalih, dan aqidah yang shahiihah.

 

Sumber:  at-Ta’liiq al-Mukhtashar al-Mufiid, Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *