Oleh: Abu Yusuf Suharno
Intisari
Tauhid adalah fondasi pendidikan anak: dikenalkan sejak dini, diulang dengan teladan, dan dijaga dalam doa. Keluarga yang menanamkan tauhid akan ditolong Allah ﷻ menjaga fitrah anak hingga dewasa.
Mukadimah
Banyak orang tua sibuk mengejar prestasi lahir, tapi lalai menanamkan “Lā ilāha illallāh” sebagai napas hidup. Tauhid adalah napas pendidikan: mengenalkan Rabb yang mencipta, memberi rezeki, dan mengatur—agar anak hanya beribadah kepada-Nya. Ia ditanam lewat teladan yang ikhlas, dialog harian yang membesarkan Nama Allah, dan doa yang tekun. Rumah yang memurnikan tauhid diliputi keteduhan dan penjagaan; sebaliknya, ketergantungan pada selain-Nya menggelapkan hati dan menjerumuskan pada kesyirikan —kultus figur, jimat, “penglaris”. Dari sinilah lahir anak yang lurus keyakinannya, mantap langkahnya, dan kuat tawakalnya.
Firman Allah ﷻ
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqmān berkata kepada anaknya, ketika dia menasihatinya: ‘Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang besar.’” (QS. Luqmān: 13)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. at-Taḥrīm: 6)
Sabda Rasulullah ﷺ
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah; kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” Muttafaq ‘alaih
Perkataan Salaf
سَهْلُ بْنُ عَبْدِ اللهِ التُّسْتَرِيُّ رحمه الله قال: قَالَ لِي خَالِي وَأَنَا ابْنُ ثَلَاثِ سِنِينَ: قُلْ: اللهُ مَعِي، اللهُ نَاظِرٌ إِلَيَّ، اللهُ شَاهِدِي. قَالَ: فَكُنْتُ أَقُولُهَا، فَأَثْبَتَهَا اللهُ فِي قَلْبِي
“Sahl bin ‘Abdullah at-Tustari rahimahullah berkata: ‘Pamanku berkata kepadaku ketika aku berusia tiga tahun: Ucapkan: Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku.’ Lalu aku terus mengucapkannya hingga Allah meneguhkannya di hatiku.” — Siyar A‘lām an-Nubalā’, 13/330, adz-Dzahabī.
Renungan Hati
Anak percaya pada apa yang sering ia dengar dan lihat. Ketika rumah penuh kalimat tauhid, doa, dan teladan salat, fitrah mereka tumbuh subur; ketika rumah penuh keluh, sumpah serapah, dan lalai, akar tauhidnya mengering.
Pelajaran Berharga
1. Mulai dari rumah: biasakan kalimat tauhid di telinga anak, jelaskan maknanya dengan bahasa sederhana, dan jadikan ia ruh setiap ibadah.
2. Didik dengan teladan: orang tua yang menjaga salat, jujur, dan amanah adalah buku pelajaran tauhid yang paling mudah dibaca anak.
3. Ulangi dan doakan: ulangi pelajaran singkat tiap hari (sebelum tidur, setelah salat), iringi dengan doa agar Allah ﷻ meneguhkan hati mereka.
Doa Penutup
اللَّهُمَّ ارْزُقْ أَبْنَاءَنَا تَوْحِيدًا خَالِصًا، وَثَبِّتْ قُلُوبَهُمْ عَلَى دِينِكَ، وَاجْعَلْ وُجُوهَهُمْ مِنْ وَجْهِ مَنْ هَدَيْتَ وَوَفَّقْتَ
“Ya Allah, anugerahkan kepada anak-anak kami tauhid yang murni, teguhkan hati mereka di atas agama-Mu, dan jadikan wajah mereka bersama orang-orang yang Engkau beri hidayah dan taufik.”






