Masbuq Sholat Jum’at

 

HADITS ABU HUROIROH radhiyallaahu ‘anhu

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ أَدْرَكَ مِنْ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ رَكْعَةً فَقَدْ أَدْرَكَ الصَّلَاةَ»

 

Dari Abu Huroiroh radhiyallaahu ‘anhu, dari Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Barangsiapa mendapatkan shalat jum’at satu raka’at, maka ia sudah mendapatkan sholat jum’at itu”.([1])

 

Di dalam riwayat lain dengan lafazh:

 

«مَنْ أَدْرَكَ مِنَ الْجُمُعَةِ رَكْعَةً فَلْيَصِلْ إِلَيْهَا أُخْرَى»

 

“Barangsiapa mendapatkan shalat jum’at satu raka’at, maka hendaklah ia menggenapkan raka’at yang lain”.([2])

 

HADITS IBNU UMAR radhiyallaahu ‘anhuma

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنْ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ أَوْ غَيْرِهَا، فَقَدْ أَدْرَكَ الصَّلَاةَ»

 

Dari Ibnu Umar, dia berkata: Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mendapatkan satu raka’at dari shalat jum’at atau sholat lainnya, maka ia sudah mendapatkan sholat jum’at itu”.([3])

 

Di dalam riwayat lain dengan lafazah:

 

«مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الْجُمُعَةِ أَوْ غَيْرِهَا فَقَدْ تَمَّتْ صَلَاتُهُ»

 

“Barangsiapa mendapatkan satu raka’at dari sholat jum’at atau sholat lainnya, maka sesungguhnya sholatnya sempurna”.([4])

 

ATSAR IBNU MAS’UD DAN LAIN-LAIN

 

قَالَ عَبْدُ اللهِ: «مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الْجُمُعَةِ فَلْيُصَلِّ إِلَيْهَا أُخْرَى، وَمَنْ لَمْ يُدْرِكِ الرُّكُوعَ فَلْيُصَلِّ أَرْبَعًا»

 

Abdulloh (bin Mas’ud) berkata: “Barangsiapa mendapatkan satu raka’at dari shalat jum’at, maka hendaklah ia menggenapkan raka’at yang lain. Dan barangsiapa tidak mendapatkan ruku’,  maka hendaklah ia sholat (zhuhur) empat raka’at”.([5])

 

BAYAN SYAIKHUL ISLAM

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (wafat th 728 H) rahimahullah berkata:

 

أَنَّ الْجُمُعَةَ لَا تُدْرَكُ إلَّا بِرَكْعَةِ كَمَا أَفْتَى بِهِ أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُمْ ابْنُ عُمَرَ وَابْنُ مَسْعُودٍ وَأَنَسٌ وَغَيْرُهُمْ. وَلَا يُعْلَمُ لَهُمْ فِي الصَّحَابَةِ مُخَالِفٌ. وَقَدْ حَكَى غَيْرُ وَاحِدٍ أَنَّ ذَلِكَ إجْمَاعُ الصَّحَابَةِ

 

“Sholat jum’at tidak didapatkan kecuali dengan mendapatkan satu raka’at (bersama imam). Sebagaimana difatwakan oleh Para Sahabat Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Di antaranya Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud, Anas, dan lainnya. Tidak diketahui adanya orang yang menyelisihi di kalangan Sahabat. Dan banyak ulama menceritakan bahwa hal itu merupakan ijma’ Sahabat”.([6])

 

FAWAID HADITS:

 

Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari haditshadits ini, antara lain:

 

1- Sholat jum’at adalah dua raka’at.

2- Sholat jum’at disyaratkan dengan berjama’ah.

3- Sholat berjama’ah, termasuk jum’at, disyaratkan mendapatkan minimal satu raka’at.

4- Makmum masbuq (terlambat) dihitung mendapatkan raka’at, jika ia mendapatkan ruku’ bersama imam.

5- Barangsiapa masbuq (terlambat) dan mendapatkan shalat jum’at satu raka’at bersama imam, ia sudah mendapatkan sholat jum’at itu. Maka hendaklah ia menggenapkan satu raka’at yang lain.

6- Barangsiapa masbuq (terlambat) dan tidak mendapatkan shalat jum’at satu raka’at bersama imam, ia tidak mendapatkan sholat jum’at itu, sebab dia kehilangan jama’ah yang merupakan syarat sah sholat jum’at. Maka hendaklah ia melakukan sholat zhuhur empat raka’at.

7- Pendapat di atas berdasarkan hadits Nabi, dan merupakan pendapat para sahabat seperti Abdulloh bin Mas’ud dan pendapat para Tabi’in.

8- Laki-laki dan wanita yang tidak mengikuti sholat jum’at, melakukan sholat zhuhur.

9- Bantahan kepada orang yang mengatakan “tidak ada sholat zhuhur di hari jum’at”.

Kebiasaan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika bersafar, beliau tidak melakukan sholat jum’at, namun sholat zhuhur, seperti di saat beliau berhaji.

10- Pendapat para sahabat dan Tabi’in, sebagaimana riwayatriwayat di atas, menunjukkan bahwa sholat jum’at disyaratkan berjama’ah. Sehingga ketika seseorang tidak mendapatkan jama’ah, maka dia sholat zhuhur.

 

Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini. Semoga Alloh selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju ridho dan sorga-Nya yang penuh kebaikan.

 

Ditulis oleh Muslim Atsari,

Sragen, Dhuha, Jum’at, 24-Rojab-1443 H / 25-Februari-2022 M

 

_____________________

Footnote:

 

([1]) HR. Ibnu Khuzaimah, no. 1851; Ibnu Hibban, no. 1487. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dan Al-A’zhomi

([2]) HR. Ibnu Majah, no. 1121; Ibnu Khuzaimah, no. 1851. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani

([3]) HR. Ibnu Majah, no. 1123. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani

([4]) HR. Nasai, no. 557. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani

([5]) Riwayat Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushonnaf, no. 5332. Perkataan semakna juga diriwayatkan dari Al-Aswad, no. 5335; dari Asy-Sya’bi, no. 5336, 5337; dari Qotadah, Sa’id bin Musayyib, Anas, dan Al-Hasan Al-Bashri, no. 5349; dan dari Ibrohim An-Nakhoi, no. 5345

([6]) Majmu’ Fatawa, 23/332

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *