Maksiat Kedua Tangan: Mengurangi Takaran Dan Timbangan

 

فَصْلٌ: وَمِنْ مَعَاصِى الْيَدَيْنِ التَّطْفِيْفُ فِي الْكَيْلِ وَالْوَزْنِ وَالذَّرْعِ

Pasal: Dan Diantara bentuk maksiat kedua tangan adalah curang di dalam takaran, timbangan dan ukuran

 

Allah ﷻ berfirman,

 

وَيلٌ لِّلمُطَفِّفِينَ ١ ٱلَّذِينَ إِذَا ٱكتَالُواْ عَلَى ٱلنَّاسِ يَستَوفُونَ ٢ وَإِذَا كَالُوهُم أَو وَّزَنُوهُم يُخسِرُونَ ٣

 

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifin: 1-3).

 

Kalimat Al-Muthaffifin ditafsirkan dengan ayat selanjutnya, yaitu mereka yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi secara sempurna, tanpa boleh ada kekurangan. Namun saat mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka malah mengurangi. Bisa jadi dengan alat takaran atau timbangan yang mereka curangi. Mereka bisa pula berbuat curang dengan enggan menyempurnakan takaran atau timbangan, atau semisal itu. Ini sama saja merampas harta manusia tanpa lewat jalan yang benar.

 

Jika ancaman bagi yang beruat curang dalam timbangan timbangan atau takaran saja seperti itu, bagaimanakah lagi dengan orang yang merampas dan mencuri, tentu lebih parah dari Al-Muthaffifin. Demikian penjelasan dari Syaikh As-Sa’di rahimahullah dalam kitab tafsirnya.

 

Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim berkata bahwa yang dimaksud dengan Al-Muthaffifin adalah berbuat curang ketika menakar dan menimbang. Bentuknya bisa jadi, ia meminta untuk ditambah lebih ketika ia meminta orang lain menimbang. Bisa jadi pula, ia meminta untuk dikurangi jika ia menimbangkan untuk orang lain. Itulah mengapa akibatnya begitu pedih yaitu dengan kerugian dan kebinasaan. Itulah yang dinamakan wail.

 

Ibnu Katsir rahimahullah juga berkata,

 

وَأَهْلَكَ اللهُ قَوْمَ شُعَيْبٍ ودَمَّرَهُمْ عَلىَ مَا كَانُوا يَبْخَسُوْنَ النَّاسَ فِي الْمِكْيَالِ وَالْمِيْزَانِ

 

“Allah membinasakan dan menghancurkan kaum Syu’aib dikarenakan mereka berbuat curang dalam takaran dan timbangan.”([1])

 

Wail itu sendiri -menurut Tafsir Al Jalalain-,

 

كَلِمَةُ عَذَابٍ أَوْ وَادٍ فِيْ جَهَنَّمَ

 

“Kalimat yang menunjukkan siksa atau lembah di Jahannam.”

 

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, ia berkata,

 

لَمَّا قَدِمَ نَبِيُّ اللهِ ﷺ الْمَدِيْنَةَ كَانُوا مِنْ أَخْبَثِ النَّاسِ كَيْلاً فَأَنْزَلَ اللهُ: {وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ} فَحَسَّنَّوا الْكَيْلَ بَعْدَ ذَلِكَ

 

“Ketika Nabi ﷺ tiba di Madinah, penduduk di kota tersebut sering bermain curang dalam takaran. Turunlah ayat ‘celakalah al muthoffifin’. Setelah itu barulah mereka memperbagus takaran mereka.” ([2])

 

Ayat lain yang membicarakan perintah untuk bagus dalam takaran atau timbangan,

 

وَأَوۡفُواْ ٱلۡكَيۡلَ إِذَا كِلۡتُمۡ وَزِنُواْ بِٱلۡقِسۡطَاسِ ٱلۡمُسۡتَقِيمِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلٗا ٣٥

 

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. Al-Isra’: 35).

 

وَأَوفُواْ ٱلكَيلَ وَٱلمِيزَانَ بِٱلقِسطِ لَا نُكَلِّفُ نَفسًا إِلَّا وُسعَهَاۖ

 

“Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya.” (QS. Al-An’am: 152).

 

وَأَقِيمُواْ ٱلوَزنَ بِٱلقِسطِ وَلَا تُخسِرُواْ ٱلمِيزَانَ ٩

 

“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (QS. Ar-Rahman: 9).

 

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma, dia berkata,

 

أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسُ خِصَالٍ إذَا اُبْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ فَيُعْلِنُوا بِهَا إلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا، وَلَمْ يَنْقُصُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ إلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ، أَيْ جَمْعُ سَنَةٍ وَهِيَ الْعَامُ الْمُقْحِطُ الَّذِي لَا تُنْبِتُ الْأَرْضُ فِيهِ شَيْئًا وَقَعَ مَطَرٌ أَوْ لَا وَشِدَّةُ الْمُؤْنَةِ وَجَوْرُ السُّلْطَانِ، وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا، وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إلَّا سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ وَيَتَخَيَّرُوا فِيمَا أَنْزَلَ اللهُ إلَّا جَعَلَ اللهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ»

 

“Rasulullah ﷺ menemui (seraya menghadap kepada) kami lalu bersabda, ‘Wahai sekalian kaum Muhajirin, ada lima perkara, jika kalian diuji dengan kelimanya, dan aku berlindung kepada Allah daripada kalian mendapatkan kelima perkara tersebut; tidaklah perbuatan keji (perzinahan) tampak nyata (terang-terangan, menyebar) pada suatu kaum sama sekali, lalu mereka terang-ternagan di dalam (melakukan)nya, melainkan akan menyebar ditengah-tengah mereka penyakit tho’uun (wabah penyakit yang mematikan) dan penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada para pendahulu mereka yang telah berlalu; dan tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan melainkan mereka akan dihukum dengan tahun-tahun (paceklik yang bumi tidak menumbuhkan tanaman di dalamnya, apakah ada hujan atau tidak) serta kerasnya (mahalnya, atau sulitnya) bahan makanan (pokok) dan jahatnya para penguasa; dan tidaklah mereka menolak zakat harta-harta mereka melainkan mereka akan terhalangi dari hujan dari langit, dan seandainya bukan karena hewan-hewan ternak, maka mereka tidak akan dicurahi hujan; dan tidaklah mereka membatalkan (mencabut, merusak) perjanjian (dengan) Allah, dan perjanjian Rasulnya melainkan Allah akan kuasakan mereka terhadap musuh dari selain mereka, lalu mereka akan mengambil sebagian perkara yang ada pada tangan-tangan mereka; dan tidaklah para pemimpin mereka tidak berhukum dengan kitabullah dan mencari-cari alternatif yang lebih baik (daripada) apa yang ada dalam perkara yang telah diturunkan oleh Allah, melainkan Allah akan jadikan kerusakan mereka ada diantara mereka sendiri.”([3])

 

Imam Malik rahimahullah meriwayatkan secara mauquf terhadap Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, dan at-Thabraniy dan lainnya secara marfu’:

 

«مَا ظَهَرَ الْغُلُولُ فِي قَوْمٍ إلَّا أَلْقَى اللهُ فِي قُلُوبِهِمْ الرُّعْبَ، وَلَا فَشَا الزِّنَا فِي قَوْمٍ إلَّا كَثُرَ فِيهِمْ الْمَوْتُ، وَمَا نَقَصَ قَوْمٌ الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إلَّا نَقَصَ اللهُ عَنْهُمْ الرِّزْقَ، وَلَا حَكَمَ قَوْمٌ بِغَيْرِ حَقٍّ إلَّا فَشَا فِيهِمْ الدَّمُ وَلَا خَتَرَ[أَيْ بِفَتْحِ الْمُعْجَمَةِ وَالْفَوْقِيَّةِ وَالرَّاءِ نَقَضَ وَأَخَلَّ] قَوْمٌ بِالْعَهْدِ إلَّا سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهِمْ الْعَدُوَّ»

 

“Tidaklah ghulul (kecurangan, korupsi, penggelapan) tampak nyata pada suatu kaum melainkan Allah akan lemparkan rasa takut di dalam hati-hati mereka; dan tidaklah perzinahan itu menyebar pada suatu kaum, melainkan akan banyak kematian di tengah-tengah mereka; dan tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, melainkan Allah akan mengurangi rizqi dari mereka; dan tidaklah suatu kaum itu menghukumi tanpa haq, melainkan akan menyebar ditengah mereka darah; dan tidaklah suatu kaum mencabut (membatalkan, mengkhianati) perjanjian, melainkan Allah akan kuasakan musuh atas meraka.”([4])

 

Malik bin Dinar ﷻ berkata,

 

دَخَلْت عَلَى جَارٍ لِي وَقَدْ نَزَلَ بِهِ الْمَوْتُ فَجَعَلَ يَقُولُ جَبَلَيْنِ مِنْ نَارٍ جَبَلَيْنِ مِنْ نَارٍ. قَالَ: قُلْت لَهُ مَا تَقُولُ؟ قَالَ: يَا أَبَا يَحْيَى كَانَ لِي مِكْيَالَانِ كُنْت أَكِيلُ بِأَحَدِهِمَا وَأَكْتَالُ بِالْآخَرِ. قَالَ مَالِكٌ: فَقُمْتُ فَجَعَلْتُ أَضْرِبُ أَحَدَهُمَا بِالْآخَرِ. فَقَالَ يَا أَبَا يَحْيَى كُلَّمَا ضَرَبْتَ أَحَدَهُمَا بِالْآخَرِ ازْدَادَ الْأَمْرُ عِظَمًا وَشِدَّةً فَمَاتَ فِي مَرَضِهِ.

 

“Aku pernah masuk (ke rumah) seorang tetanggaku, sementara kematian tengah turun padanya, lalu dia berkata, ‘Dua gunung dari api, dua gunung dari api.’ Dia berkata, ‘Lalu kukatakan kepadanya, ‘Apa yang kau katakan?’ dia menjawab, ‘Wahai Abu Yahya, aku mempunyai dua takaran, dulu aku menimbang dengan salah satunya, dan aku meminta ditimbangkan dengan salah satunya.’ Malik berkata, ‘Maka akupun berdiri, lalu aku pukulkan salah satunya kepada yang lain.’ Maka dia berkata, ‘Wahai Abu Yahya, setiap kali engkau pukulkan salah satunya dengan yang lain, maka bertambah besar dan keras perkara ini, maka diapun meninggal dalam sakitnya (tersebut).” ([5])

 

Berkata sebagian salaf:

 

أَشْهَدُ عَلَى كُلِّ كَيَّالٍ أَوْ وَزَّانٍ بِالنَّارِ لِأَنَّهُ لَا يَكَادُ يَسْلَمُ إلَّا مَنْ عَصَمَ اللهُ.

 

“Aku bersaksi neraka atas setiap penakar dan penimbang, dikarenakan hampir-hampir dia tidak selamat kecuali orang yang Allah jaga (selamatkan) dia.”([6])

 

Sebagian mereka berkata,

 

دَخَلْتُ عَلَى مَرِيضٍ قَدْ نَزَلَ بِهِ الْمَوْتُ فَجَلَعْتُ أُلَقِّنُهُ الشَّهَادَةَ وَلِسَانُهُ لَا يَنْطِقُ بِهَا، فَلَمَّا أَفَاقَ قُلْت لَهُ يَا أَخِي مَالِي أُلَقِّنُكَ الشَّهَادَةَ وَلِسَانُك لَا يَنْطِقُ بِهَا؟ قَالَ يَا أَخِي لِسَانُ الْمِيزَانِ عَلَى لِسَانِي يَمْنَعُنِي مِنْ النُّطْقِ بِهَا، فَقُلْت لَهُ: بِاللهِ أَكُنْتَ تَزِنُ نَاقِصًا؟ فَقَالَ: لَا وَاللهِ، وَلَكِنِّي كُنْتَ أَقِفُ مُدَّةً لَا أَعْتَبِرُ صَنْجَةَ مِيزَانِي، فَإِذَا كَانَ هَذَا حَالُ مَنْ لَا يَعْتَبِرُ صَنْجَةَ مِيزَانِهِ، فَكَيْفَ حَالُ مَنْ يَزِنُ نَاقِصًا.

 

“Aku masuk (menjenguk) seorang sakit yang kematian tengah turun padanya. Maka akupun berupaya untuk mentalqin dia dengan syahadat, sementara lisannya tidak mengucapkannya. Maka tatkala dia siuman, kukatakan kepadanya, ‘Wahai saudaraku, ada apa gerangan, aku mentalqinmu dengan syahadat, sementara lisanmu tidak mengatakannya? Maka dia berkata, ‘Wahai saudaraku, daun timbangan ada pada lisanku, menghalangiku dari mengucapkannya. Maka kukatakan kepadanya, ‘Demi Allah, apakah dulu engkau mengurangi timbangan? Dia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, akan tetapi aku dulu diam satu waktu tidak perhatian dengan lempengan piring timbanganku (dengan tidak menteranya). Maka jika demikian keadaan orang yang tidak mentera piringan timbangannya, maka bagaimana dengan keadaan orang yang mengurangi timbangan?”([7])

 

Nafi’ berkata,

 

كَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَمُرُّ بِالْبَائِعِ يَقُولُ اتَّقِ اللهَ وَأَوْفِ الْكَيْلَ وَالْوَزْنَ، فَإِنَّ الْمُطَفِّفِينَ يُوقَفُونَ حَتَّى إنَّ الْعَرَقَ لَيُلَجِّمُهُمْ إلَى أَنْصَافِ آذَانِهِمْ.

 

“Adalah Ibnu radhiyallaahu ‘anhuma pernah melewati penjual lalu berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah, penuhilah takaran dan timbangan, karena sesungguhnya orang-orang yang mengurangi takaran dan timbangan akan diberdirikan hingga keringat itu akan menenggelamkannya hingga ke pertengahan telinga-telinga mereka. ([8])

 

Betapa indahnya perkataan orang yang mengatakan:

 

الْوَيْلُ ثُمَّ الْوَيْلُ لِمَنْ يَبِيعُ بِحَبَّةٍ يُنْقِصُهَا جَنَّةً عَرْضُهَا السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَيَشْتَرِي بِحَبَّةٍ يَزِيدُهَا وَادِيًا فِي جَهَنَّمَ يُذِيبُ جِبَالَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا.

 

“Celaka, kemudian celaka bagi orang yang menjual dengan satu biji yang dia mengurangi sorga yang luasnya seluas langit dari bumi, lalu dia membeli satu biji lalu menambah sebuah lembah di jahannam, yang (mampu) melelehkan gunung-gunung di dunia dan apa yang ada di dalamnya.”([9])

 

 

(Diambil dari buku Kumpulan Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)

__________________________________

Footnote:

([1]) Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 508

([2]) HR. Ibnu Majah (2223) dihasankan oleh al-Arnauth, diriwayatkan juga oleh an-Nasa`iy (11654), Ibnu Hibban (4919), al-Hakim (2240), di­hasankan dalam Sunan Ibnu Majah (1808), lihat juga Shahiih at-Targiib wa at-Tarhiib (1760), juga al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (11/427)

([3]) Hasan, HR. Ibnu Majah (4019), al-Hakim (IV/540), al-Baihaqiy dalam as-Syu’ab (VII/10550), Shahihul Jami’ (106)

([4]) HR. Malik dalam al-Muwaththa` (II/460)

([5]) Ibnu Hajar al-Haitsamiy, az-Zawajir (II/475)

([6]) Ibnu Hajar al-Haitsamiy, az-Zawajir (II/475)

([7]) Ibnu Hajar al-Haitsamiy, az-Zawajir (II/475)

([8]) Ibnu Hajar al-Haitsamiy, az-Zawajir (II/475)

([9]) Ibnu Hajar al-Haitsamiy, az-Zawajir (II/475)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *