✍ Penyusun: Abu Yusuf Suharno
Intisari
Tafsir bukan hanya memahami kata, tetapi menyingkap maksud Allah ﷻ dalam firman-Nya. Ibnu Mas‘ud رضي الله عنه dikenal mendalam ilmunya karena hati yang hidup, lisan yang jujur, dan amal yang selaras dengan ilmunya.
Mukadimah
Al-Qur’an tidak akan terbuka bagi hati yang lalai. Ia menuntut tadabbur, keikhlasan, dan bimbingan ilmu yang bersambung kepada Rasulullah ﷺ dan para sahabat. Di antara mereka, Ibnu Mas‘ud رضي الله عنه menonjol dalam ketelitian makna dan kejujuran ucapan. Beliau hidup bersama ayat, mengetahui sebab turunnya, mendengar penjelasan Nabi ﷺ, lalu mempraktikkannya sehingga menjadi teladan tafsir dan amal.
Firman Allah ﷻ
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan agar orang-orang berakal mengambil pelajaran.”
(Surat Shād ayat 29)
Sabda Rasulullah ﷺ
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
“Tidak boleh iri kecuali pada dua hal. Seseorang yang Allah anugerahi Al-Qur’an lalu ia membacanya sepanjang malam dan siang, dan seseorang yang Allah anugerahi harta lalu ia infakkan sepanjang malam dan siang.”
(Muttafaq ‘alaih)
Perkataan Salaf
Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Āṣh رضي الله عنهما:
مَنْ قَرَأَ القُرْآنَ فَكَأَنَّمَا اسْتُدْرِجَتِ النُّبُوَّةُ بَيْنَ جَنْبَيْهِ، إِلَّا أَنَّهُ لَا يُوحَى إِلَيْهِ
“Siapa yang membaca dan memahami Al-Qur’an, seakan-akan kenabian berada di antara dua sisi tubuhnya, hanya saja ia tidak menerima wahyu.”
(al-Muṣannaf Ibn Abī Syaibah, hasan mauqūf).
Penjelasan: Menekuni Al-Qur’an dengan pemahaman yang benar menempatkan penuntut ilmu pada jejak para nabi dalam membenahi diri dan manusia.
Teladan Ibnu Mas’ud
Ibnu Mas‘ud رضي الله عنه berkata:
وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ، مَا نَزَلَتْ آيَةٌ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ إِلَّا وَأَنَا أَعْلَمُ فِيمَ أُنْزِلَتْ وَأَيْنَ أُنْزِلَتْ، وَلَوْ أَعْلَمُ أَحَدًا أَعْلَمَ مِنِّي بِكِتَابِ اللَّهِ تَبْلُغُهُ الإِبِلُ لَرَكِبْتُ إِلَيْهِ
“Demi Allah yang tiada sesembahan yang benar selain Dia, tidak ada satu ayat pun dari Kitab Allah melainkan aku tahu di mana ia diturunkan dan kepada siapa ia turun. Jika aku tahu ada orang yang lebih tahu tentang Kitabullah dariku dan unta bisa mencapainya, niscaya aku mendatanginya.”
(Sahih al-Bukhari no. 5002).
✨ Hikmah:
Kesungguhan menuntut ilmu membuka kedalaman makna. Menghargai satu ayat menghadirkan lautan tafsir.
Renungan Hati
Setiap ayat adalah cermin jiwa. Bacalah dengan hati yang bertanya, sudahkah ayat ini hidup dalam diriku? Karena bacaan tanpa tadabbur hanyalah gema, bukan cahaya yang menuntun.
Pelajaran Berharga
1. Tadabbur adalah ruh tilawah. Hati yang hadir diberi pemahaman dan ketenangan.
2. Tafsir yang benar menambah takut kepada Allah dan cinta kepada kebenaran.
3. Belajar kepada ahli yang tsiqah menjaga dari penafsiran serampangan.
4. Sertakan hafalan dengan pemahaman dan amal agar ilmu berbuah.
5. Hidupkan majelis Al-Qur’an. Membaca, mendengar, saling mengoreksi, dan saling menasihati.
Doa Penutup
اللَّهُمَّ افْتَحْ لَنَا أَبْوَابَ فَهْمِ كِتَابِكَ، وَارْزُقْنَا تِلَاوَتَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ، وَاجْعَلْهُ نُورًا لِقُلُوبِنَا وَهُدًى فِي طُرُقِنَا
“Ya Allah, bukakan bagi kami pintu pemahaman terhadap Kitab-Mu, anugerahkan kepada kami tilawah yang benar, dan jadikan Al-Qur’an cahaya bagi hati kami serta petunjuk di jalan kami.”






