Akan Bersama Para Nabi, Shiddiq, Dan Syuhada

Hadits Tentang Shalat Lima Waktu

16- Akan Bersama Para Nabi, Shiddiq, Dan Syuhada’.

 

Hadits ‘Amr Bin Murroh Al-Juhaniy radhiyallaahu ‘anhu,

 

عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ الْجُهَنِيِّ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، شَهِدْتُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، وَصَلَّيْتُ الْخَمْسَ، وَأَدَّيْتُ زَكَاةَ مَالِي، وَصُمْتُ شَهْرَ رَمَضَانَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ مَاتَ عَلَى هَذَا، كَانَ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، هَكَذَا – وَنَصَبَ إِصْبَعَيْهِ – مَا لَمْ يُعَقَّ وَالِدَيْهِ»

 

Dari ‘Amr bin Murroh Al-Juhaniy, dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, “Wahai Rosulullah, (bagaimana pendapatmu) aku bersaksi Laa ilaaha illa Alloh dan bahwa engkau adalah  utusan Allah, aku melakukan sholat lima waktu, aku membayar zakat hartaku, aku melakukan puasa Romadhon?” Maka  bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa mati dalam keadaan demikian, dia bersama para Nabi, para shiddiq, dan para syuhada’ pada Hari Kiamat, seperti ini –beliau menegakkan dua jari beliau- selama dia tidak durhaka kepada kedua orang tuanya”.([1])

 

عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ الْجُهَنِيِّ قَالَ: جَاءَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ قُضَاعَةَ، فَقَالَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ شَهِدْتُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، وَصَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ، وَصُمْتُ الشَّهْرَ، وَقُمْتُ رَمَضَانَ، وَآتَيْتُ الزَّكَاةَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ مَاتَ عَلَى هَذَا كَانَ مِنَ الصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء»

 

Dari ‘Amr bin Murroh Al-Juhaniy, dia berkata: Seorang laki-laki dari suku Qudho’ah datang kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, “Wahai Rosulullah, bagaimana pendapatmu, jika aku bersaksi Laa ilaaha illa Alloh dan bahwa engkau adalah  utusan Allah, aku melakukan sholat lima waktu,   aku melakukan puasa Romadhon, aku melakukan qiyam (sholat malam) Romadhon, dan aku membayar zakat?” Maka  Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mati dalam keadaan demikian, dia bersama para shiddiq, dan syuhada'”.([2])

 

FAWAID HADITS:

 

Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, antara lain:

 

1- Bertanya kepada ulama adalah salah satu cara untuk mendapatkan ilmu.

 

2- Kedudukan syahadat Laa ilaaha illa Alloh dan syahadat Muhammad Rosul Allah, sebagai rukun Islam pertama dan kunci seluruh kebaikan.

 

3- Kedudukan sholat lima waktu sehari semalam, sebagai amalan badan, rukun Islam kedua dan pembeda orang muslim dengan orang kafir.

 

4- Kedudukan zakat harta, kewajiban setiap tahun bagi orang kaya, sebagai amalan harta, rukun Islam ketiga, dan bukti keimanan seseorang.

 

5- Kedudukan puasa Romadhon, kewajiban setiap tahun bagi orang yang mampu, sebagai amalan badan, rukun Islam keempat, dan bentuk pengendalian diri.

 

6- Keutamaan qiyam (sholat malam) Romadhon, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Alloh, dan amalan yang akan meningkatkan derajat dan menghapus dosa.

 

7- Keadaan di akhirat ditentukan di saat kematian, apakah husnul khotimah atau su-ul khotimah.

 

8- Orang beriman di akhirat akan masuk sorga bersama para Nabi, para shiddiq, dan para syuhada’, walaupun dengan perbedaan derajat.

 

9- Beriman kepada Hari Kiamat, hari pembalasan amal, dan adanya sorga dan neraka.

 

10- Keutamaan berbakti kepada  kedua orang tua dan bahaya durhaka kepada keduanya.

 

Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini. Semoga Alloh selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju ridho dan sorga-Nya yang penuh kebaikan.

 

Ditulis oleh Muslim Atsari,

 

Sragen, Adzan Zhuhur Senin, 3-Shofar-1442 H / 21-September-2020 M

 

______________________

Footnote:

([1]) HR. Ahmad, 39/522-523. Dishohihkan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth

([2]) HR. Ibnu Khuzaimah, no. 2212; Ibnu  Hibban, no. 3438. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *