Yang demikian dikarenakan sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan; dan ia adalah lailatul qadar. Di dalamnya al-Qur`an diturunkan dari lauhul mahfuzh menuju Baitul ‘Izzah. Dan ia adalah sebuah malam yang berpahala besar.
Allah ﷻ berfirman,
إِنَّآ أَنزَلنَٰهُ فِي لَيلَةِ ٱلقَدرِ ١ وَمَآ أَدرَىٰكَ مَا لَيلَةُ ٱلقَدرِ ٢ لَيلَةُ ٱلقَدرِ خَيرٌ مِّن أَلفِ شَهرٍ ٣
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. al-Qadar (97): 1-3)
Nabi ﷺ bersabda,
«تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِنَ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ»
“Cari (perhatikan)lah oleh kalian lailatul qadar pada yang ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.”([1])
Dan beliau ﷺ juga bersabda,
«مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
“Barangsiapa berdiri (shalat) pada lailatul qadar karena iman dan mencari pahala, maka diampunilah untuknya apa yang telah berlalu dari dosanya.”([2])
(Sumber: Mi-atu washilatin liyuhibbakallaahu warasuuluhuu, Sayyid Mubarok (Abu Bilal), dialih bahasakan oleh: Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
______________________
Footnote: