Maksiat Lisan: Mentertawakan Seorang Muslim Dalam Rangka Merendahkannya

 

أَوْ عَلىَ مُسْلِمٍ اسْتِحْقَارًا لَهُ

“Atau (mentertawakan) seorang muslim karena merendahkannya.”

 

Allah ﷻ berfirman:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسخَر قَومٌ مِّن قَومٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيرًا مِّنهُم وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيرًا مِّنهُنَّۖ وَلَا تَلمِزُوٓاْ أَنفُسَكُم وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلأَلقَٰبِ بِئسَ ٱلِاسمُ ٱلفُسُوقُ بَعدَ ٱلإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّم يَتُب فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ١١

 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”  (QS. Al-Hujurât:11)

 

Allâh berfirman:

 

وَيلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ ١

 

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.”  (QS. Al-Humazah:1)

 

Dari Abû Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, sesungguhnya Rasûlullâh berkata:

 

« بِحَسْبِ امْرِيءٍ مِنَ الشَّرِّ أن يحْقِرَ أخَاهُ المُسْلِمَ »

 

“Cukuplah kejelakan seseorang jika menghina saudaranya sesama muslim.”([1])

 

Dari Ibnu Mas’ûd radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

 

« لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ منْ كَانَ في قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ » فَقَالَ رَجُلٌ : إنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسناً ، ونَعْلُهُ حَسَنَةً ، فقال : « إنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الجَمَال ، الكِبْرُ بَطَرُ الحَقِّ ، وغَمْطُ النَّاسِ »

 

“Tidak akan masuk Surga siapa yang terdapat di hatinya seberat biji sawi dari kesombongan!” Maka seorang berkata: “Sesungguhnya seseorang itu senang mempunyai pakaian yang bagus, sendal bagus.” Lalu Rasûlullâh bersabda: “Sesungguhnya Allâh adalah Maha Indah, dan Dia menyenangi keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”([2])

 

Dari Jundub Ibnu ‘Abdillâh radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata: “Rasûlullâh bersabda:

 

« قالَ رَجُلٌ : واللهِ لا يَغْفِرُ اللهُ لفُلانٍ ، فَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : مَنْ ذا الَّذِي يَتَأَلَّى عليَّ أنْ لا أغفِرَ لفُلانٍ إنِّي قَد غَفَرْتُ لَهُ ، وَأَحْبَطْتُ عمَلَكَ »

 

“Seseorang berkata: “Demi Allâh! Allâh tidak akan mengampuni Fulân! Maka Allâh berkata: “Siapa yang berani bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni Fulân?! Sesungguhnya aku telah mengampuninya, dan Aku telah menghapus amal kebaikanmu([3])!”([4])

 

(Diambil dari buku Kumpulan Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)

__________________________________

Footnote:

([1]) HR Muslim (2564)

([2]) HR Muslim (91)

([3]) Maksudnya menghilangkan pahalanya.

([4]) HR Muslim (2621)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *