Sarana Meraih Syafa’at Nabi Dan Selamat Dari Neraka

Hadits Tentang Sholat Lima Waktu

25- Sarana Meraih Syafa’at Nabi Dan Selamat Dari Neraka

 

Hadits Robi’ah Bin Ka’ab radhiyallaahu ‘anhu,

عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ كَعْبٍ قَالَ: كُنْتُ أَخْدُمُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَقُومُ لَهُ فِي حَوَائِجِهِ نَهَارِي أَجْمَعَ

حَتَّى يُصَلِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِشَاءَ الْآخِرَةَ فَأَجْلِسَ بِبَابِهِ، إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ أَقُولُ: لَعَلَّهَا أَنْ تَحْدُثَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجَةٌ

فَمَا أَزَالُ أَسْمَعُهُ يَقُولُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «سُبْحَانَ اللهِ، سُبْحَانَ اللهِ، سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ»، حَتَّى أَمَلَّ فَأَرْجِعَ، أَوْ تَغْلِبَنِي عَيْنِي فَأَرْقُدَ،

قَالَ: فَقَالَ لِي يَوْمًا لِمَا يَرَى مِنْ خِفَّتِي لَهُ، وَخِدْمَتِي إِيَّاهُ: «سَلْنِي يَا رَبِيعَةُ أُعْطِكَ»، قَالَ: فَقُلْتُ: أَنْظُرُ فِي أَمْرِي يَا رَسُولَ اللَّهِ ثُمَّ أُعْلِمُكَ ذَلِكَ، قَالَ: فَفَكَّرْتُ فِي نَفْسِي فَعَرَفْتُ أَنَّ الدُّنْيَا مُنْقَطِعَةٌ زَائِلَةٌ، وَأَنَّ لِي فِيهَا رِزْقًا سَيَكْفِينِي وَيَأْتِينِي، قَالَ: فَقُلْتُ: أَسْأَلُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِآخِرَتِي فَإِنَّهُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِالْمَنْزِلِ الَّذِي هُوَ بِهِ،

قَالَ: فَجِئْتُ فَقَالَ: «مَا فَعَلْتَ يَا رَبِيعَةُ؟»، قَالَ: فَقُلْتُ: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللهِ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَشْفَعَ لِي إِلَى رَبِّكَ فَيُعْتِقَنِي مِنَ النَّارِ، قَالَ: فَقَالَ: «مَنْ أَمَرَكَ بِهَذَا يَا رَبِيعَةُ؟»، قَالَ: فَقُلْتُ: لَا وَاللهِ الَّذِي بَعَثَكِ بِالْحَقِّ مَا أَمَرَنِي بِهِ أَحَدٌ، وَلَكِنَّكَ لَمَّا قُلْتَ سَلْنِي أُعْطِكَ وَكُنْتَ مِنَ اللهِ بِالْمَنْزِلِ الَّذِي أَنْتَ بِهِ نَظَرْتُ فِي أَمْرِي، وَعَرَفْتُ أَنَّ الدُّنْيَا مُنْقَطِعَةٌ وَزَائِلَةٌ وَأَنَّ لِي فِيهَا رِزْقًا سَيَأْتِينِي فَقُلْتُ: أَسْأَلُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِآخِرَتِي، قَالَ: فَصَمَتَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَوِيلًا ثُمَّ قَالَ لِي: «إِنِّي فَاعِلٌ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ»

 

Dari Rabi’ah bin Kaab, dia berkata; saya melayani Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, saya memenuhi keperluannya pada siang hari semuanya sampai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam shalat isya’.  Jika beliau sudah masuk rumahnya, maka saya duduk di depan pintunya, saya katakan: kemungkinan ada keperluan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Saya terus mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membaca: SUBHANALLAHU, SUBHANALLAHU, SUBHANALLAHU WABIHAMDIHI (Maha Suci Allah, Maha Suci Allah, Maha Suci Allah dengan memuji-Nya) ” sehingga saya bosan lalu saya pulang, atau sampai mataku kalah, lalu saya tidur.

 

Rabiah berkata; karena beliau melihat keringanan dan pelayanan-ku kepada beliau, pada suatu hari beliau bersabda “Mintalah kepadaku Wahai Rabi’ah, saya akan memberikannya”. Maka saya menjawab; “Saya akan melihat kebutuhanku dulu Wahai Rasulullah, nanti akan saya beritahukan kepada anda” Lalu saya berpikir dalam diriku, saya tahu sesungguhnya dunia akan terputus dan akan hilang, dan saya telah memiliki rizqi yang cukup bagiku dan pasti akan mendatangiku. Maka saya akan meminta kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk akhiratku, karena Rasulullah memiliki kedudukan (tinggi) dari sisi Allah ‘azza wa jalla.

 

Rabiah berkata; lalu saya mendatanginya, lalu beliau bertanya, “Apa yang telah kau lakukan Wahai Rabi’ah?” Saya menjawab; “Ya Wahai Rasulullah, saya meminta kepada anda agar anda memohon syafaat untukku kepada Rabmu, sehingga membebaskan aku dari api neraka”. Beliau bertanya, “Siapa yang menyuruhmu berkata demikian wahai Rabi’ah”? maka aku menjawab; “Tidak, Demi Allah Yang mengutus anda dengan membawa al-haq.  Tidak ada seorangpun yang menyuruhku, tapi ketika anda bersabda ‘mintalah kepadaku, maka saya akan memberikannya’, dan anda di hadapan Allah mempunyai kedudukan (yang tinggi), setelah aku memperhatikan urusanku, dan aku tahu bahwa dunia akan terputus dan akan hilang, dan saya telah memiliki rizqi yang cukup bagiku dan pasti akan mendatangiku. Maka saya akan meminta kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk akhiratku”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam diam dalam waktu yang lama, lalu beliau bersabda kepadaku, “Sesungguhnya saya akan melakukannya, maka bantulah aku untuk menolong dirimu dengan memperbanyak sujud.”([1])

 

FAWAID HADITS:

 

Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, antara lain:

 

1- Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memiliki sahabat-sahabat yang menjadi pembantu beliau. Di antaranya adalah Rabi’ah bin Kaab.

 

2- Para pembantu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melayani beliau ketika di luar rumah. Adapun di dalam rumah, maka para istri yang melayani beliau.

 

3- Kebiasaan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumah beliau setelah shalat isya’ dan tidak keluar lagi, kecuali ada urusan yang penting.

 

4- Kesungguhan dan keringanan   Rabi’ah bin Kaab di dalam melayani Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga walaupun beliau sudah masuk rumah sesudah isya’,  Rabi’ah bin Kaab duduk di depan pintu kemungkinan ada keperluan Nabi.

 

5- Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam banyak berdzikir dengan membaca: SUBHANALLAHU, SUBHANALLAHU, SUBHANALLAHU WABIHAMDIHI (Maha Suci Allah, Maha Suci Allah, Maha Suci Allah dengan memuji-Nya).

 

6- Dzikir Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam di dalam rumahnya sampai terdengar dari luar pintu.

 

7- Kemuliaan akhlaq Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau ingin membalas pelayanan  Rabiah dengan menawarkan agar meminta sesuatu kepada beliau.

 

8- Kecerdasan Rabiah yang meminta urusan akhirat, bukan urusan dunia.

 

9- Dunia akan terputus dan akan hilang, sedangkan akhirat kekal abadi, maka orang yang berakal lebih mementingkan akhirat daripada dunia.

 

10- Rizqi manusia telah ditakdirkan dan pasti akan mendatanginya. Oleh karena itu yang diperlukan adalah usaha yang halal.

 

11- Boleh bertawassul (meminta kepada Alloh dengan perantara) doa orang sholih yang masih hidup. Adapun bertawassul (meminta kepada Alloh dengan perantara) doa orang mati, maka  tidak boleh. Bahkan ini kebiasaan orang-orang musyrik Arab jahiliyah.

 

12- Keutamaan melakukan sholat, sebab dengan memperbanyak sujud kepada Allah, menjadi sebab meraih syafaat Nabi dan selamat dari neraka yang kekal abadi.

 

Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini. Semoga Alloh selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju sorga-Nya yang penuh kebaikan.

 

Ditulis oleh Muslim Atsari,

 

Sragen, Dhuha Rabu, 19-Shofar-1442 H / 7-Oktober-2020 M

 

________________________

Footnote:

 

([1]) HR. Ahmad, no. 16579; Thobaroni di dalam Mu’jamul Kabir, no. 4576. Syaikh Al-Arnauth berkata di dalam Takhrijul Musnad, “Isnadnya Shohih menurut imam Muslim”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *